STARJOGJA.COM, Info – Perlu diketahui jika kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM Dr. dr. Indrawati, Sp. PA (K) mengatakan kelenjar berukuran sebesar biji kacang dan berisi sel darah putih ini berfungsi untuk menangkap dan membunuh bakteri, virus, dan zat berbahaya lain yang masuk ke dalam tubuh.
“Kelenjar getah bening tersebar di banyak bagian tubuh, diantaranya ketiak, dagu, belakang telinga, leher, pangkal paha dan bagian belakang kepala,” katanya di 101,3 Star FM.
Indrawati menjelaskan jika terjadi infeksi, kelenjar getah ini akan memberikan tanda dengan membengkak dan setelah infeksi mereda akan mengempis dengan sendirinya. Selain itu penyakit kelenjar getah bening dapat berupa kanker kelenjar getah bening atau limfoma.
“Secara umum, ada 2 jenis limfoma yang paling sering ditemukan, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Perbedaan kedua jenis limfoma ini terdapat pada tipe sel getah bening (limfosit) yang berkembang menjadi ganas,” katanya.
Baca juga : Ria Irawan Meninggal Akibat Kanker Getah Bening dan Tumor
Dosen UNS dr. Agus Jati Sunggoro, Sp.PD-KHOM, FINASIM mengatakan jika memiliki benjolan di kelenjar ini maka segera melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat adanya pembengkakan pada bagian kelenjar getah bening yang berada di leher, ketiak, selangkangan, serta organ hati. Setelah dokter menemukan pembengkakan, akan disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap, Biopsi, CT Scan dan pemeriksaan X-ray
“Metode darah lengkap ini membantu dokter dalam mengevaluasi kesehatan pasien secara menyeluruh. Sejumlah kondisi (termasuk infeksi dan leukemia) bisa terdeteksi melalui pemeriksaan darah lengkap,” katanya.
Agus menjelaskan risiko munculnya kanker getah bening Hodgkin diantaranya usia antara 20-40 tahun atau di atas 55 tahun, jenis kelamin laki-laki, memiliki keluarga kandung yang terdiagnosa menderita kanker jenis ini. Sedangkan beberapa faktor risiko kanker getah bening non-Hodgkin meliputi sistem kekebalan tubuh melemah, menderita penyakit autoimun, usia di atas 60 tahun. ‘
“Penyakit ini juga bisa menyerang anak-anak. Memiliki riwayat penyakit leukemia, infeksi bakteri pylori, atau infeksi virus hepatitis C dan virus Epstein-Barr (EBV). Memiliki berat badan berlebih atau obesitas,”katanya.
Comments