Health

WHO Ingatkan Soal Omicron yang Berbahaya Bagi yang Belum Vaksin

0
infeksi bakteri pemakan daging jepang
Para pejalan kaki di Shibuya, Tokyo, Jepang, pada 26 Maret 2020 mengenakan masker untuk mencegah penyebaran virus corona jens Covid-19./Bloomberg - Kiyoshi Ota

STARJOGJA.COM, Info – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa varian Omicron dari Covid-19 berbahaya, terutama bagi mereka yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19.

Lonjakan kasus yang terjadi di seluruh dunia sebagian besar disebabkan oleh Omicron. Namun badan kesehatan itu menegaskan untuk tidak menyerah dalam memerangi varian tersebut.

“Meskipun Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta, itu tetap menjadi virus berbahaya, terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi,” kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers, melansir Times of Israel, Jumat (14/1/2022).

Baca juga : Ini Strategi Pemda DIY Menghadapi Omicron

Dia menghimbau agar semua orang tidak boleh membiarkan virus ini naik dengan bebas, atau mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah, terutama saat banyak orang di sekitar kita yang tidak divaksinasi.
Di Afrika, ada lebih dari 85 persen orang yang belum menerima satu dosis vaksin.

“Kita tidak dapat mengakhiri fase akut pandemi, kecuali kita menutup celah ini,” katanya. Sebelumnya, Tedros ingin agar setiap negara setidaknya memiliki 10 persen dari populasinya divaksinasi pada akhir September 2021. Kemudian lanjut ke 40 persen pada akhir Desember dan 70 persen pada pertengahan 2022.

Sayangnya, 90 negara masih belum mencapai 40 persen dan 36 diantaranya masih kurang dari 10 persen. Padahal, di seluruh dunia, sebagian besar orang yang dirawat di rumah sakit tidak divaksinasi.

“Meskipun vaksin tetap sangat efektif untuk mencegah kematian dan penyakit Covid-19 yang parah, vaksin tidak sepenuhnya mencegah penularan,” kata Tedros.

Dia juga menambahkan bahwa lebih banyak penularan berarti akan ada lebih banyak rawat inap, lebih banyak kematian, lebih banyak orang yang tidak bekerja dan lebih banyak risiko munculnya varian lain yang lebih menular dan lebih mematikan daripada Omicron.

Hingga saat ini, jumlah kematian di seluruh dunia telah stabil di sekitar 50.000 per minggu.

“Belajar untuk hidup dengan virus ini tidak berarti kita dapat, atau harus menerima jumlah kematian ini,” katanya.

Sumber :  Bisnis

Bayu

Bantul Mendadak Trending Topic di Twitter

Previous article

UGM Raih Humas Kampus Terbaik Tahun 2021

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Health