News

34.200 Anak di DIY Terpapar Covid-19 

0
infeksi bakteri pemakan daging jepang
Para pejalan kaki di Shibuya, Tokyo, Jepang, pada 26 Maret 2020 mengenakan masker untuk mencegah penyebaran virus corona jens Covid-19./Bloomberg - Kiyoshi Ota

STARJOGJA.COM, Info –  Sedikitnya 34.200 anak di DIY terpapar Covid-19 selama pandemi. Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie, mengaku telah diingatkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait dengan tingginya kasus Covid-19 pada anak-anak.

“Data Covid-19 sampai 13 Februari ini usia anak usia 0-20 tahun. Untuk kategori 0-10 ada 13.429 kasus, kemudian usia 11-20 itu total ada 20.802 kasus. Itu akumulasi dari awal sampai akhir atau sejak awal pandemi. Dokter spesialis anak juga mengingatkan kasus anak makin tinggi,” katanya kepada wartawan di kompleks Kepatihan, Jogja, Senin (14/2).

Pembajun menambahkan ada sejumlah masukan dari masyarakat tentang pentingnya anak diberikan booster atau vaksinasi ketiga. Dinkes DIY akan meminta rekomendasi kepada IDAI serta melakukan evaluasi terkait masukan tersebut.

Saat ini, katanya, vaksinasi anak dosis pertama telah mencapai di atas 90%.

Baca juga :  Bagaimana Penanganan Anak-anak Terpapar Covid-19

“Kami akan minta rekomendasi IDAI, kalau booster mari kita lakukan. Dosis pertama lebih dari 90 persen,” ujarnya.

Pasien anak sebagian besar diarahkan untuk isoman karena dengan kondisi ringan.

“Tetapi biasanya anak kalau sudah kena tidak mungkin orangtua melepas, walaupun di sana ada perawat ada dokter tetap mungkin anak lebih nyaman dengan orang tuanya,” katanya.

Kelangkaan Reagen

Pembajun menambahkan saat ini terjadi kelangkaan reagen untuk pemeriksaan laboratorium berdasarkan PCR S-Gene Target Failure (SGTF) dan Whole Genome Sequencing (WGS).

Pembajun Setyaningatutie menjelaskan hingga Senin belum ada penambahan positif Omicron karena masih dalam proses pemeriksaan WGS. Saking banyaknya kasus, saat ini terjadi kelangkaan reagen khusus untuk WGS dan SGTF di pasaran. Sedangkan reagen untuk tes PCR biasa masih tergolong mudah di pasaran.

“Sekarang yang jadi masalah reagen di pasaran itu langka, karena banyak permintaan. Untuk reagen WGS dan SGTF ini mulai langka,” katanya.

Ia mengatakan Kemenkes membuat suatu kebijakan baru hasil positif antigen sudah dianggap sebagai probable positif Covid-19. Sehingga intervensi yang dilakukan sama seperti pasien positif Omicron.

Berbeda dengan sebelumnya ketika positif antigen belum dianggap sebagai positif Covid-19 sehingga masih harus dilanjutkan dengan tes polymerase chain reaction (PCR).

“SE-nya mulai kemarin, tetapi kami terapkan secepatnya mungkin karena kasusnya sudah banyak. Kalau reagen untuk PCR tidak langka. Kalau reagen SGTF dan GWS itu seperti yang dipakai BBTKL itu sudah langka, kalau PCR biasa pakai reagen apa saja bisa,” ujarnya.

Selain Omicron, untuk DIY, Varian Delta juga diwaspadai karena pada hasil WGS beberapa waktu lalu masih ditemukan sekitar 17% positif Delta.

“Iya [cepat penyebaran], teman-teman bisa pirso [lihat] datanya bikin deg-degan positif [sehari] seribu, sekarang berdoa semoga tidak sampai seribu, walaupun tidak bergejala. Semoga kasusnya tidak memenuhi bed RS, kita terus berikan edukasi. Sekarang maskeran masih ada yang tidak mau pakai. Walaupun Omicron dengan data yang banyak kasus banyak ringan, jangan lupa Delta masih ada,” katanya.

Di tengah tingginya kasus Covid-19, Pembajun meminta agar perlu penguatan isolasi mandiri dan selter, meski sebenarnya tidak berharap penghuni selter terus bertambah.

Selter Kelurahan

Sejumlah kelurahan dan kalurahan di DIY sudah menyiapkan selter di wilayahnya untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19.

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kelurahan Keparakan, Jogja, Harris Syarif Usman, mengatakan mulai menyiapkan selter mandiri yang ada di tiap kampung.

“Mengingat ini varian Omicron di mana pemerintah meminta warga yang terpapar dengan jenis tanpa gejala dan ringan untuk isolasi mandiri di wilayah, sehingga mau tidak mau kami harus mempersiapkan selter mandiri,” kata Harris.

Meski sudah lama tidak difungsikan sebagai selter, kondisi tempatnya cukup terpelihara.

“Kemarin-kemarin sudah dipakai untuk kegiatan rapat-rapat kampung saat kasus Covid-19 sedang landai,” katanya.

Per 13 Februari 2022, terdapat 1.141 kasus Covid-19 aktif di Kota Jogja. Meski kasus terus meningkat, belum ada peningkatan signifikan penggunaan kamar di Selter Bener maupun RS.

Wakil Wali Kota Jogja, Heroe Poerwadi, mengatakan Selter Bener baru terisi 55 kamar dari total 86 kapasitas. Sebanyak 28 penghuninya warga Jogja dan sisanya pelaku perjalanan. Sementara di RS, dari 50 kamar intensif terisi 10 orang. Untuk kamar non intensif, dari 274 kamar terisi 88 pasien.

“Selter Bener sekitar 65 persen [keterisian]. Itu belum yang tower dua. Kalau tower dua Selter Bener dioperasionalkan, mungkin akan lebih rendah lagi persentasenya. Sementara untuk BOR rumah sakit total sekitar 30 persen,” kata Heroe.

Lurah Condongcatur, Depok, Sleman, Reno Candra Sangaji, mengatakan selter kalurahan sudah aktif kembali, meski belum diisi pasien Covid-19.

“Kami aktifkan, tapi belum terisi,” ujarnya, Senin.

Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, menjelaskan sudah mengirimkan surat edaran ke setiap kalurahan untuk mengaktifkan kembali selter kalurahan untuk mengantisipasi lonjakan kasus. Selain selter kalurahan, jika terjadi lonjakan signifikan Pemkab Sleman juga akan mengaktifkan kembali isoter yang sebelumnya sempat berhenti beroperasi karena situasi Covid-19 cenderung landai. Namun saat ini, Pemkab Sleman masih mengoptimalkan dua selter yang ada, yakni Asrama haji dan Rusunawa Gemawang.

Di Bantul, Lurah Wirokerten, Rakhmawati Wijayaningrum, menjelaskan selter yang sebelumnya dipakai kini telah kembali kepada fungsinya untuk sekolah dan belum memungkinkan digunakan kembali. Akhirnya, bangunan Puskesmas Pembantu dipakai sebagai alternatif baru lokasi shelter desa.

“Sekarang ada tempat tapi baru untuk tiga tempat tidur saja. Bangunan bekas Puskesmas Pembantu. Belum maksimal,” ujarnya.

Alternatif selter desa lainnya adalah salah satu rumah kosong yang tak ditempati. Dijelaskan Rakhma bangunan rumah kosong ini mampu menampung sembilan pasien Covid-19.

“Sudah dibersihkan, masyarakat sudah kerja baktilah,” katanya.

Sumber :  Harian Jogja
Bayu

JHT Bisa Cair Sebelum Umum 56 Tahun?

Previous article

Cek, Nyeri Otot di 2 Bagian  Ini Gejala Awal Omicron

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News