STARJOGJA.COM, Info – Perekonomian di DI Yogyakarta mulai April 2022 kembali bergeliat. Hal tersebut terlihat dari sejumlah indikator yang dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) pada April 2022 lalu.
“Pada bulan April 2022 inflasi di Kota Yogyakarta tercatat sebesar 1,14 persen. Secara tahun kalender adalah 2,57 persen dan secara year-on-year dibandingkan April 2021 inflasinya sebesar 4,12 persen,” jelas Sugeng Arianto, Kepala BPS DIY, Senin (9/5/2022).
Sugeng menyebut bahwa angka inflasi tersebut jadi yang tertinggi yang dicatat Kota Yogyakarta sejak tahun 2020.
“Karena memang dampak pandemi perekonomian menurun. Salah satunya berdampak pada tingkat inflasi yang sangat rendah,” tambahnya.
Berdasarkan catatan BPS, inflasi di Kota Yogyakarta secara year-on-year sepanjang 2021 berkisar di angka 1,41 hingga 2,29 persen.
Dimana angka inflasi secara year-on-year terendah terjadi pada Februari 2021 dan tertinggi saat momen Nataru di bulan Desember dengan angka inflasi 2,29 persen (yoy). Pada bulan April 2021, dari sub kelompok pengeluarannya, pengoperasian peralatan transportasi pribadi memberikan andil inflasi terbesar hingga 0,28 persen.
“Sementara yang memberikan andil deflasi sebesar minus 0,01 persen adalah obat-obatan dan produk kesehatan,” jelas Sugeng dalam siaran pers yang digelar secara virtual.
Sugeng juga mengungkapkan sejumlah komoditas yang dominan mempengaruhi inflasi dan deflasi di Kota Yogyakarta.
“Antaranya adalah bensin sebesar 0,27 persen, kemudian bahan bakar rumah tangga sebesar 0,11 persen. Ada juga minyak goreng dan angkutan udara, juga daging ayam ras. Ini beberapa komoditas yang cukup dominan mempengaruhi inflasi,” jelasnya.
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memang menjadi salah satu pemicu utama pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Gudeg. Menurut Sugeng, hal tersebut juga didorong oleh mulai meningkatnya kebutuhan mobilitas masyarakat seiring pelonggaran penanganan pandemi Covid-19.
Pada perkembangan lainnya, peningkatan mobilitas masyarakat juga berimbas pada naiknya sejumlah indikator kinerja pariwisata di DI Yogyakarta.
“Hingga Maret 2022, tidak ada satupun wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DI Yogyakarta. Ini sudah berlangsung sejak April 2020. Sedangkan untuk Tingkat Penghunian Kamar (TPK) baik hotel bintang maupun non-bintang terjadi pergerakan tipis,” jelas Sugeng.
TPK hotel bintang di DI Yogyakarta tercatat mengalami kenaikan hingga 6,65 poin (m-to-m). Sementara di hotel non-bintang, TPK tercatat mengalami kenaikan 1,86 poin (m-to-m).
“Kita tahu pada bulan Februari memang terjadi pengetatan kembali terkait pengendalian Covid-19. Sehingga terjadi penurunan cukup banyak dan mulai beranjak naik lagi karena mulai dibuka kembali mobilitas masyarakat,” jelas Sugeng.
Sumber : BISNIS
Comments