Kurator Pembangunan Monumen Antroposen Ignatia Nilu menjelaskan monumen antroposen merupakan sebuah kompleks kreativitas seni hasil kolaborasi antara ekologi, ekonomi sirkular, seni dan budaya yang berada di sekitar kawasan TPA Piyungan. Adapun pendanaan proyek ini ditanggung Pemerintah Jerman.
“Lokasinya sekitar 200 meter di atas TPA Piyungan, kami mengelola lahan ada makerspace, monumen dan ada tempat yang difungsikan untuk ruang pementasan dan ruang pajang,” katanya Jumat (17/6/2022).
Baca juga : Pemda DIY Uji Kimiawi Sumber Air di TPA Piyungan
Proyek ini mendapatkan perhatian dari Presiden Jerman Steinmeier. Dalam kunjungannya ke Jogja menyempatkan bertemu dengan para seniman perancang Monumen Antroposen di JNM, Jumat (17/6/2022) sore. Awalnya dijadwalkan melihat secara langsung lokasi pembangunan proyek, tetapi karena faktor cuaca dan jarak sehingga diputuskan melakukan dialog di JNM.
Selain Nilu, kurator yang terlibat dalam proyek Antroposen ini adalah Dony Yudanto selaku arsitek yang merancang keseluruhan monumen dan Franziska Fennert asal Jerman. “Proyek ini memang lintas etnis, lintas pemikiran yang dikolaborasikan,” katanya.
Nilu mengatakan alasan pemilihan lokasi di sekitar TPA Piyungan karena kemudahan mendapatkan material untuk daur ulang di kawasan tersebut. Akses menuju lokasi sama dengan akses menuju ke TPA Piyungan. “Lokasinya di bukit di atas TPA Piyungan, luas lahan 6.000 meter, fasenya bertahap, fokusnya saat ini pembuatan monumen berbentuk candi,” katanya.
Ia mengatakan dalam proyek itu akan memberdayakan para pemulung di sekitar TPA Piyungan dengan memberikan pelatihan.
“Proses ini tidak sekadar melibatkan ahli tetapi juga orang yang dekat dengan materialnya dalam hal ini pemulung,” ujarnya.
Franziska Fennert menjelaskan proyek Monumen Antroposen sendiri merupakan hasil kerja sama Forum Upcycle Indonesia, Goethe-Institut Jakarta. “Ini diharapkan memperkuat hubungan kebudayaan Indonesia dengan Jerman,” katanya.
Seni Kolosal
Monumen Antroposen merupakan konsep seni kolosal yang bersandar pada kesadaran manusia yang hidup bersama lingkungannya. Hasil dari perenungan nilai kebudayaan lokal yang berpengaruh terhadap keharmonisan antar manusia, alam, dan Ilahi. Proyek ini harapannya dapat menjadi pusat budaya dan ekonomi kreatif yang mempromosikan ekonomi sirkular yang berbasis komunitas.
Lurah Bawuran, Pleret, Bantul Made Supardiono menilai proyek Monumen Antroposen membuka harapan untuk pemanfaatan sampah. Sekaligus harapan masyarakat untuk dapat belajar mengolah sampah hingga dapat membantu memajukan perekonomiannya.
“Kami sudah melakukan koordinasi hingga tingkat RT,” katanya.
Sumber : Harian Jogja
Comments