STARJOGJA.COM, Info – Perkebunan kopi Kawisari, di Wlingi, Blitar, memiliki luas lahan pertanaman hampir 900 hektare menjadi salah satu penghasil kopi organik terbesar. Terletak di lereng Gunung Kawi, perkebunan ini berada di ketinggian 800 mdpl-1200 mdpl. Sebagian besar tanaman kopi di perkebunan yang didirikan 1870 ini berjenis robusta, sebagian kecil arabika.
Adapun yang paling khas dari perkebunan ini sistem pertanian 100 persen organik, tanpa pupuk kimia. Juga adanya pelibatan lebah sebagai mitra penyerbukan tanaman kopi. Tim Jelajah Kopi Jatim 2022 sempat diajak keliling kebun pada pekan pertama Juli 2022.
Mengendarai MPV berpenggerak 4×4 kami menelusuri jalan tanah dan berbatu perkebunan. Jalan selebar kendaraan itu mengantar rombongan naik-turun bukit, memotong sungai. Waktu perjalanan membelah perkebunan lebih dari sejam.
Baca juga : Minum Kopi Bisa Berdampak Baik pada Hati
“Bagaimana cara memupuk kok sampai bisa disebut 100 persen organik,” tanya kami kepada Agus Hariyanto, Kepala Bagian Pengembangan Perkebunan Kawisari, yang menyertai dalam perjalanan.
Kasim, ADM Pabrik Kopi Kawisari (kiri) dan Agus Hariyanto, Kepala Bagian Pengembangan Perkebunan Kawisari (kanan).
Agus yang sejak tahun 1980-an terlibat aktif di perkebunan ini menjelaskan, pupuk organik dialirkan ke seluruh perkebunan melalui pipa PVC maupun parit.
Sumber pupuk berasal dari peternakan sapi skala besar yang berada di ketinggian lebih atas dari kebun kopi. Peternakan sapi perah penanam modal asing yang bertetangga dengan perkebunan Kawisari memiliki pasokan bahan organik tidak terbatas. Lebih dari sejuta liter sehari. Air bercampur bahan organik itulah yang dialirkan ke kebun.
“Mereka ada bak penampungan limbah, diolah mereka, lalu dialirkan ke kebun kita. Dari saluran utama ke lahan ada yang melalui pipa, adapula menggunakan parit,” jelasnya.
Tim Jelajah saat melintasi kebun sempat melihat seorang pekerja mengalirkan pupuk organik yang keluar dari pipa melalui parit kecil. Sepanjang perjalanan membelah kebun, jaringan pipa pupuk juga terlihat jelas terhampar mengikuti kontur punggungan bukit.
Agus menjelaskan pemupukan organik menjadikan kualitas kopi yang dihasilkan membaik. Fisiologis tanaman terlihat lebih sehat, daun hijau segar lebar. Buah yang dihasilkan juga semakin baik. Bila kopi dengan pemupukan kimia biasanya 900 biji setiap Kg, sedangkan organik bisa 700 biji per Kg.
“Jadi kepadatan biji juga meningkat,” jelasnya.
Sementara untuk produktivitas, selain pupuk, pengaruh yang signifikan dikontribusi dari umur tanaman. Masa puncak produksi tanaman bisa menghasilkan 1.000 ton per hektare.
Perkebunan dengan 20 spesies robusta yang berbeda ini juga menggunakan lebah untuk penyerbukan. Peran lebah ini memungkinkan persilangan antarjenis kopi sehingga menghasilkan klon khas Kawisari.
Produksi tahunan robusta perkebunan ini mencapai 700-1.000 ton green beans per tahun. Arabica menghasilkan 150 ton green beans per tahun, dan kopi luwak 250 kg green beans per tahun.
Adapun jenis kopi yang dihasilkan perkebunan ini antara lain kopi arabika murni, arabica peaberry, premium robusta medium dark, dan kawisari java longberry.
Selain itu, Kawisari juga memproduksi kopi dengan pengolahan spesial, di antaranya arabica honey process, arabica wine process, arabica peaberry, robusta peaberry. Perusahaan ini juga memproduksi kopi rempah, kopi liquer, dan ragam kopi artisan lainnya.
Selepas berkeliling kebun, Tim Jelajah Kopi 2022 juga diajak melihat lebih dekat dengan pengolahan biji kopi selepas dipetik. Kami melihat berkarung-karung cherry kopi ditumpahkan pekerja ke bak sortir. Ceri/cherry/biji kopi merah lantas digerojok air dan dialirkan ke bak perambangan.
Biji kopi kemudian tersortir, yang tenggelam masuk mesin pengupas, yang mengambang disendirikan. Biji terkupas kemudian masuk mesin pencuci untuk menghilangkan lendir sebelum kemudian masuk bak penampungan.
“Biji di penampungan bisa langsung dikeringkan atau difermentasi, tergantung permintaan,” kata Kasim, ADM Pabrik Kopi Kawisari yang menjelaskan pemrosesan kopi.
Cherry kopi dimasukkan ke bak penampungan di Perkebunan Kopi Kawisari./Bisnis-Andik Susanto.
Tim Jelajah juga diajak melihat mesin pengering biji kopi, ruang pemilihan biji berdasar ukuran dan melihat pula dari dekat mensortiran biji tahap akhir. Sortir akhir dilakukan sejumlah perempuan di meja-meja sortir.
“Setelah sortir masuk karung plastik dengan lapisan luar goni, dan disimpan untuk diistirahatkan (resting),” tutur Kasim.
Bagi sebagian penggemar kopi, proses istirahat biji kopi bisa sangat mempengaruhi citarasa akhir minuman ini. Namun demikian, citarasa sejatinya bukan hanya dipengaruhi satu fase saja.
Akan tetapi dikontribusi sejumlah kondisi, sejak dari lahan, pemroses saat panen, penanganan setelah panen, cara menyangrai, metode penyajian. Termasuk dengan siapa Anda meminum seduhan kopi sangat mempengaruhi rasa. Hanya saja yang pasti, Kopi Kawisari menjadi salah satu yang wajib Anda coba.
Sumber : Bisnis
Comments