Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Disbud Kota Yogyakarta, Ismawati Retno Wigiarti menuturkan, kegiatan ini akan berlangsung dalam delapan cabang lomba. Kedelapannya yaitu lomba maca geguritan, maca cerkak, macapat, alih aksara, sesorah, pranatacara, dongeng, hingga stand up comedy.
“Lomba ini merupakan lomba berjenjang yang diselenggarakan, jadi di Kota Yogyakarta dan nanti ke Provinsi DIY. Hanya lomba mendongeng saja yang nanti tidak ke DIY,” ujarnya.
Baca juga : Balai Bahasa DIY Gelar Sosialisasi Layanan Bahasa dalam Ranah Hukum di Kulonprogo
Retno menuturkan, penyelenggaraan lomba ini ditujukan untuk mengembangkan bahasa dan sastra lokal sekaligus nilai-nilai kearifan di dalamnya. Ia menekankan agar lomba ini dapat meningkatkan kesadaran generasi muda akan tradisi yang dimiliki.
“Sekarang ini banyak anak-anak kita itu yang tak sedikit meninggalkan bahasa ibu kita, yaitu bahasa Jawa,” tuturnya menyayangkan.
Pihaknya lantas mendesain sistem kategori lomba yang menyasar berbagai kalangan, terutama anak dan remaja. Seperti diketahui, kategori lomba geguritan, maca cerkak, macapat, dan alih aksara diperuntukkan bagi kelompok usia SD/SMP/SMA. Sementara itu, untuk sesorah menyasar kelompok usia SMP/SMA, pranatacara untuk SMA/pemuda, dan sisanya untuk umum.
Secara teknis, Retno menuturkan proses perlombaan dilangsungkan secara daring dan luring. Tahapan daring dilakukan dengan pengiriman video dari para peserta untuk selanjutnya dinilai oleh dewan juri.
“Jadi ketika mendaftar, peserta mengirimkan file berupa video. Nanti dari seleksi video akan kami ambil untuk lima peserta terbaik tingkat Kota Yogyakarta untuk kita tandingkan secara langsung. Kami akan menyelenggarakannya di Taman Pintar,” terangnya detail.
Untuk diketahui, lomba ini mensyaratkan kepemilikan KTP/KIA Kota Yogyakarta. Selain itu, saat memperagakan penampilan pada rekaman video, seluruh peserta (selain cabang mendongeng) harus mengenakan pakaian adat Jawa gagrag Ngayogyakarta.
“Jadi kita tidak hanya melombakan secara kemampuan berbahasa dan sastra, namun juga kita melihat dari sisi bagaimana dia memahami tata nilai budaya Jogja terutama dalam busana,” tegas Retno.
Ia berharap seluruh warga Kota Yogyakarta turut berpartisipasi menyemarakkan lomba ini. Selain untuk nguri-uri kebudayaan lokal, lomba ini juga menjanjikan hadiah hingga ratusan juta rupiah.
“Peserta yang ingin mendaftar di Kompetisi Bahasa dan Sastra tahun 2022 ini dapat mengikuti informasinya melalui sosial media kami di akun instagram @dinaskebudayaankotajogja maupun website,” imbaunya.
Retno mengaku pihaknya telah melakukan beragam upaya untuk mensosialisasikan lomba ini kepada khalayak. Harapannya, antusiasme masyarakat dapat terdongkrak dan tergerak untuk berpartisipasi.
“Sosialisasi ini sudah kami lakukan secara luas baik secara langsung melalui social media dan website. Melalui media massa, pemberitaan-pemberitaan media massa, maupun bekerja sama dengan Dinas Pendidikan,” jelasnya.
Bagi peserta yang berhasil menembus tiga besar, nantinya akan melaju ke tingkat Provinsi DIY. Sebelumnya, peserta akan mendapatkan bimbingan intensif dari Disbud Kota Yogyakarta.
“Tahun 2021 lalu juga kami lakukan pembinaan intensif. Hasilnya, Kota Yogyakarta berhasil meraih juara umum untuk Kompetisi Bahasa dan Sastra di tingkat DIY,” kenangnya manis.
Sebagai gambaran, peserta dapat melihat video kompetisi tahun lalu yang diunggah pada kanal YouTube Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. Selain event kompetisi, Retno berharap agar ada kelanjutan pengembangan bahasa dan sastra Jawa di tengah kehidupan masyarakat.
“Kami berharap penyelenggaraan lomba ini dapat dimanfaatkan warga Kota Jogja untuk semakin mencintai bahasa dan sastra Jawa,” pungkas Retno.
Penulis : Muhammad Imam Khoirul Mutaqin
Comments