STARJOGJA.COM, Psikiater jebolan Universitas Sebelas Maret, Jiemi Ardian menjelaskan trauma adalah reaksi tubuh yang terjadi di saat ini akibat peristiwa yang terjadi di masa lalu. Jadi bukan tentang kejadiannya saja, ini tentang reaksi tubuh yang ada saat ini.
Reaksi tubuh yang dimaksud, menurutnya, adalah reaksi yang ingin melindungi diri secara terus-menerus atau merasa terancam misalnya, takut, cemas, tegang, atau bersiap siaga terhadap adanya ‘stressor’ sehingga kita menyebutnya mudah terpicu atau sensitif.
Kabar baiknya, Jiemi mengatakan ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi reaksi trauma itu.
“Trauma bukan berarti tidak dapat disembuhkan, gejala akan mereda dalam waktu singkat itu mungkin, namun untuk sembuh butuh fase jangka panjang karena kita butuh memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang hilang pada saat trauma yang dulu terjadi termasuk keterampilan yang hilang, misalnya regulasi emosi.” tambah Jiemi.
Meditasi
Hal pertama yang dapat dilakukan adalah melakukan meditasi, ada banyak jenis meditasi yang tersedia di kota-kota tempat anda tinggal, bahkan meditasi juga dapat dilakukan di rumah.
Kita juga tidak bisa memungkiri kekuatan musik dalam kehidupan. Mendengarkan musik masih menjadi andalan pada berbagai situasi dan kondisi yang kita alami dan menjadi salah satu cara untuk menenangkan diri.
Baca juga : Star Lovers Pilih Mana? Ini Dia Tren Healing Di 2023
Lakukan hobi
Jiemi mengatakan melakukan aktivitas hobi juga dapat memperluas ‘window of tolerance’ atau jendela toleransi kita. Jendela toleransi menggambarkan keadaan di mana kita dapat berfungsi dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita ada di dalam jendela ini, kita dapat beraktivitas secara efektif dan berhubungan baik dengan diri kita sendiri dan orang lain.
“Mencari pertolongan profesional ‘therapist’ akan membantu menyadari dan mempelajari ulang bagaimana tubuh kita bereaksi dan cara mengatasinya. Pesan untuk para pejuang trauma, jika rasanya sulit tidak apa untuk menemui profesional kesehatan jiwa dan terima kasih sudah bertahan sejauh ini ya,” kata Jiemi.
Minta pertolongan profesional
Meski masih tabu di Indonesia untuk “berobat” ke psikolog atau psikiater, tidak perlu segan untuk meminta pertolongan. Berbagai psikolog mengatakan gangguan mental sama halnya seperti saat fisik kita sedang lelah atau sakit, dan keduanya sama-sama penting.
Bagi anda pejuang trauma tak perlu tergesa-gesa, berjalan lah perlahan maka pilu akan menjadi pelangi indah di kemudian hari.
Sumber : Antara
Comments