STARJOGJA.COM, Info – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah secara resmi mengumumkan awal Ramadan 2023 ini. 1 Ramadan ditetapkan jatuh pada Kamis, 23 Maret 2023; 1 Syawal pada Jumat, 21 April 2023; dan Iduladha pada Rabu, 28 Juni 2023.
Ketua PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar menjelaskan penetapan sejumlah hari penting bagi umat Islam itu dilakukan dengan perhitungan posisi geometris benda langit berupa bumi, bulan dan matahari.
Misalnya pada penetapan Ramadan, kata dia, ada tiga syarat yang dilihat dalam menentukan tanggal jatuhnya bulan suci tersebut yaitu, terjadi ijtimak atau bulan mengelilingi bumi dengan satu putaran sinodis.
“Satu putaran sinodis itu untuk Ramadan tercapai pada 22 Maret Pukul 00:25:41. Jadi itu bulan Syakban telah mengelilingi bumi satu putaran. Syarat pertama sudah terpenuhi. Tercapainya satu putaran sinodis itu terjadi sebelum matahari tenggelam, jadi karena terjadinya itu pada tengah malam, maka hari tenggelam besok sore, jadi syarat kedua sudah terpenuhi,” ujarnya, Senin (6/2/2023).
Sementara untuk syarat yang ketiga yakni saat posisi matahari tenggelam pada Rabu 22 Maret 2023 bulan masih berada di ufuk dan matahari tenggelam lebih dulu disusul oleh bulan.
Dengan begitu tiga syarat dalam penentuan 1 Ramadan sudah terpenuhi. Menurutnya peringatan awal Ramadan di seluruh Indonesia nantinya berlangsung sama, perbedaan peringatan hanya terjadi pada 1 Syawal atau Idul Fitri.
“Karena menurut kriteria tinggi bulan harus sekurang-kurangnya 3⁰ dan jarak bulan dengan matahari 6,4 derajat, itu belum terpenuhi untuk dapat dilihat. Kalau kriteria itu belum terpenuhi berarti tidak dapat dilihat, sehingga kemungkinan Idul Fitri jatuhnya berbeda,” ungkapnya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebutkan keputusan hasil hisab untuk Ramadan, Syawal dan Zulhijah 1444 H itu diharapkan menjadi pedoman bagi warga Muhammadiyah secara khusus dan umat Islam di Indonesia.
Meskipun jatuhnya 1 Syawal atau Idulfitri dan Iduladha nantinya akan berbeda bagi umat Islam yang lain lantaran perbedaan metode perkiraan, tetapi hal ini jangan dianggap sebagai suatu hal yang baru, melainkan dijadikan ajang toleransi dan menghargai perbedaan.
“Inti dari semuanya adalah ibadah, sehingga masuk bulan Ramadhan harusnya dijadikan proses ibadah yang membuat kita, kaum muslim semakin dekat kepada Tuhan dan insan manusia. Menjadikan diri kita semakin lebih baik lagi, sehingga perbedaan apapun semakin memperkuat diri, baik sebagai pribadi maupun islam secara kolektif,” ujar dia.
Sumber : Harian Jogja
Baca juga : Pada 2030 Ramadan Dirayakan Dua Kali
Comments