STARJOGJA.COM, BANTUL – Tak banyak yang tahu soal seni yang satu ini. Nini Thowong. Nini Thowong, dikenal sebagai Permainan Boneka yang Penuh Mistis.Nini thowong adalah salah satu warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh kabupaten Bantul.
Nini Thowong bentuknya mirip jelangkung. Nini Thowong Yogyakarta merupakan seni spiritual yang telah lama usianya, para empu budaya sempat mengisahkan bahwa seni ini sudah ada sejak zaman Mataram yang dipimpin oleh Panembahan Senapati. Sejak zaman Keraton Mataram berkembang, karya ini telah ada.
Nini Towong disebut Tothok Kerot karena menggunakan ubarampe yang berupa bathok kelapa (thothok). Bathok berarti keras, kuat, dan sakti. Seni spiritual Nini Thowong berupa permainan yang menggambarkan seorang gadis muda bermuka thowong yang sakti. Nini Towong adalah tokoh yang dibuat-buat, seolah-olah hidup, memiliki nyawa, dan berdaya gaib.
Dalam kepercayaan Jawa kuno, dunia roh diyakini memiliki kekuatan magis dalam membantu manusia. Nini Thowong merupakan tradisi dari masyarakat Grudo yang mitosnya berfungsi untuk menyembuhkan penyakit, meminta keselamatan, memanggil hujan, mencari barang yang hilang atau pengobatan. Lebih tepatnya Nini Thowong terdapat di Desa Panjangrejo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul dan sudah ada sejak tahun 1938,.
Saat itu pertunjukannya masih sangat sederhana hanya menggunakan gong dan kendang sebagai musik pengiring. Nini Thowong sendiri dipimpin oleh seorang pawang yang disebut Mbah Paeran. Mbah Paeran yang dipilih haruslah seorang abangan (orang yang kejawennya kuat).
Nini dalam bahasa Jawa artinya embah wedok (nenek), sementara thowong berarti kosong. Maka dari itu, Nini Thowong berarti seorang perempuan tua (roh halus) dan memasuki tempat yang kosong, yakni boneka. Pertunjukan Nini Thowong dimainkan oleh ibu-ibu yang menari sambil memegang boneka yang dipimpin oleh Mbah Paeran.
Keberadaan boneka tersebut digunakan sebagai media isyarat untuk mencari obat dengan bantuan roh. Boneka yang dipegang tersebut dapat mengangguk, berputar, melambaikan tangan, menggelengkan kepala, dan meloncat-loncat. Penonton dalam pertunjukan Nini Thowong wajib menjaga sopan santun, baik dalam ucapan maupun tindakan. Karena jika terdapat penonton yang tidak menjaga sopan santun, maka Nini Thowong akan marah dan menabrakkan badannya ke penonton tersebut.
Di Kabupaten Bantul terdapat dua dusun yang memainkan Nini Thowong, yakni dusun Grudo dan dusun Candran. Di dusun Grudo hingga saat ini masih menjaga ketradisionalan Nini Thowong karena masih kental aka ritual aslinya, seperti pemasukan roh dilakukan di makam, boneka yang digunakan dari bambu, gayung, busa, tempurung, dan merang.
Sementara di dusun Candran, Nini Thowong tidak melaksanakan ritual di pemakaman, boneka pun diganti dengan memakai topeng dan sudah dikemas menjadi seni pariwisata.
SUMBER : Sonobudoyo.com
Comments