STARJOGJA.COM, JOGJA – Ada sejumlah tradisi unik yang biasa dilakukan oleh masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilakukan saat mendapat keluarga baru. Upacara pun digelar untuk menyambut datangnya bayi yang diharapkan tumbuh menjadi anak yang diberikan keselamatan.
Kenali yuk tradisinya!
1. Brokohan
Upacara permohonan agar bayi menjadi anak baik yang dimulai dengan penanaman ari-ari dan penyediaan sesaji brokohan yang dibagikan kepada tetangga.
Brokohan ini berupa telur ayam mentah, gula jawa setengah tangkep, kelapa setengah buah, dawet dan kembang brokohan yaitu mawar, melati dan kantil.
Upacara ini dilaksanakan segera setelah bayi lahir dan dihadiri oleh si ibu, suami, keluarga, dukun, pinisepuh dan putra-putri famili. Terdapat makanan pantangan yaitu sambal, sayur bersantan, telur ikan tawar dan telur asin.
2. Puputan
Puputan merupakan saat tali pusar bayi putus atau puput. pada saat itu diadakan slametan puputan berupa kendhuri, bancakan dan pemberian nama bayi. Upacara ini diadakan setelah maghrib dan dihadiri oleh bayi, ibu, dukun, pinisepuh, dan sanak saudara. Upacara ini untuk memohon keselamatan bagi si bayi
3. Sepasaran
Upacara pada waktu si bayi memasuki hari ke lima setelah kelahiran. Sepasaran dilaksanakan setelah maghrib dan dihadiri oleh bayi, ibu bapaknya dan anggota keluarga terdekat. Terdapat makanan pantangan yaitu sambal, sayur bersantan, telur, ikan tawar dan telur asin.
Upacara ini digelar untuk memohon keselamatan bagi si bayi
4. Selapanan
Upacara terakhir dalam rangkaian selamatan kelahiran yang dilakukan pada hari ke 36 sesuai dengan weton atau hari pasaran kelahiran si bayi. Selapanan diadakan setelah maghrib dan dihadiri oleh si bayi, ayah, dukun, ulama, famili dan keluarga terdekat.
5. Thedak Sinten
Upacara ini berkaitan dengan peristiwa turun tanah, yaitu memperkenalkan anak kepada tanah. Thedak sinten diadakan pada waktu siang hari dan dihadiri oleh ibu, ayah, bibi, kerabat dan teman terdekat.
6. Sapihan
Sapihan diadakan pada waktu malam hari dan dihadiri oleh si bayi, bapak ibunya, kakek dan nenek, famili dari pihak ayah maupun ibunya. Upacara ini jarang diadakan oleh golongan rakyat biasa.
Comments