STARJOGJA.COM , BANTUL – Geplak punya sejarah panjang sebagai oleh-oleh Bantul. Geplak adalah sebuah makanan khas dari Kota Bantul yang sudah cukup terkenal dijadikan oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Geplak berbentuk bulatan-bulatan dari daging kelapa yang disajikan dengan rasa manis.
Awalnya geplak yang merupakan kekayaan kuliner berasa manis ini hanya memiliki warna putih dan kelam, namun seiring dengan perkembangan jaman, olahan geplak tersebut mulai dimodifikasi dengan warna dan aroma yang bermacam-macam sehingga lebih menarik pembeli untuk mencicipinya.
Geplak sebagai makanan kreasi dari kelapa disebutkan satu kali dalam Serat Centhini jilid VI yang berisi tentang pengembaraan Syech Amongraga (salah satu dari tiga putra-putri Sunan Giri) dalam perjalanan spiritual setelah mengalami kekalahan dari Pangeran Pekik, ipar Sultan Agung dari Kerajaan Mataram.
Saat tiba di Desa Wanamarta, sekitar Majalengka Jawa Barat, mereka bertemu dengan Ki Bayi Panurta yang merupakan pemimpin pesantren besar di sana dan kemudian menikah dengan putri beliau yakni Niken Tambangraras. Geplak, dalam rasa (sangat) manisnya, terkandung ekspresi teknologi tradisional berupa cara mengawetkan kegurihan daging buah kelapa.
Paduan gula kepala dan kelapa, telah menjadi pengetahuan kuno sehingga basis pengetahuan “dwaja” atau bendera dalam tradisi budaya Mataram, bahkan Nusantara dikenal berbendera “gula-klapa” alias merah (gula) dan putih (kelapa).
Dahulu geplak sering dijadikan masyarakat sebagai makanan utama pengganti beras. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya bahan pembuat geplak yaitu daging kelapa serta berlimpahnya lahan tebu yang diolah untuk menjadi gula di pabrik-pabrik pengolahan tebu seperti Madukismo yang masih ada sampai saat ini.
Melimpahnya bahan pembuatan geplak terlebih saat musim paceklik dinama bahan makanan susah ditemukan inilah yang membuat masyarakat menjadikannya makanan pengganti beras atau nasi.
Geplak telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda pada 2018.
Comments