“Untuk mengantisipasi dampak musim kemarau itu dari BPBD Bantul sudah mempersiapkan salah satunya adalah untuk antisipasi apabila nanti ada permintaan air bersih dari masyarakat,” katanya.
Menurut dia, hal tersebut karena salah satu dampak kemarau adalah wilayah atau titik-titik tertentu di Bantul itu masyarakat memiliki kecenderungan untuk mengajukan permintaan air bersih, menyusul debit air yang terus berkurang.
Dia menyebutkan, wilayah-wilayah di Bantul yang mempunyai kerawanan tinggi dampak kemarau yaitu yang secara geografis berada di wilayah perbukitan seperti Kecamatan Dlingo, sebagian wilayah Imogiri, Pundong, dan wilayah Piyungan.
“Seperti di daerah Srimulyo, Srimartani Piyungan itu masih dimungkinkan biasanya yang mengajukan, tetapi mudah mudahan tahun ini musim kemarau tidak seperti yang diprediksikan,” katanya.
Dengan demikian, kata dia, harapannya tidak ada wilayah yang mengalami kekeringan dampak kemarau, meskipun dari pemerintah dan instansi terkait nantinya mempersiapkan droping air bersih ke masyarakat.
“Akan tetapi wilayah-wilayah tersebut yaitu Piyungan, Imogiri, Dlingo dan Pundong itu yang memiliki tingkat kerawanan terkait dengan kebutuhan air bersih,” katanya.
Dia mengatakan, musim kemarau pada 2023 yang lebih kering dari biasanya itu karena sesuai prakiraan BMKG dipengaruhi fenomena El Nino, tidak seperti biasa yang dipengaruhi La Nina. Puncak kemarau tahun ini diperkirakan terjadi pada Juli-Agustus.
“Saat ini masih musim peralihan sampai awal Mei. Jadi antisipasi sekarang ini masih memantau perkembangan iklim dan cuaca, dan jika ada yang meminta dukungan air bersih, BPBD sudah mempersiapkan,” katanya.
Comments