STARJOGJA.COM, JOGJA – Meraih gelar guru besar di usia muda, bukanlah hal yang mudah. Namun Prof. Dr. Pramaditya Wicaksono, S.Si., M.Sc., berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah UGM sebagai guru besar termuda di usia 35 tahun 11 bulan.
Capaian guru besar bidang Penginderaan Jauh Biodiversitas Pesisir di Fakultas Geografi UGM terhitung mulai tanggal (tmt) 1 Juni 2023. Dia mecahkan rekor sebelumnya oleh Prof. apt. Agung Endro Nugroho, M.Si., Ph.D., yang meraih jabatan guru besar di usia 36 tahun 9 bulan.
“Tidak pernah menyangka, karena target menjadi guru besar di bawah 40 tahun,” katanya saat ditemui Selasa (5/9/2023) di Fakultas Geografi UGM.
Menurutnya, keberhasilan ini tidak lepas dari produktivitasnya dalam melakukan penelitian dan publikasi ilmiah. Setiap tahunnya rata-rata 5 publikasi ilmiah yang berhasil diterbitkan.
Hingga saat ini tercatat ada 55 publikasi pada jurnal ilmiah nasional dan internasional bereputasi yang telah dibuatnya.
Perjalanan karir akademis yang telah dilalui tergolong unik. Sebab, ia loncat jabatan dari lektor langsung menjadi guru besar tanpa menduduki posisi lektor kepala terlebih dulu. Tetapi jumlah angka kredit dosen yang dipersyaratkan sebagai profesor telah terpenuhi.
“Saya memang senang riset dan menulis yang sudah menjadi passion. Angka kredit bertambah juga karena diamanahi mengemban sejumlah jabatan di fakultas ” jelasnya.
Baginya, jabatan guru besar bukanlah menjadi akhir perjalanan karier akademisnya. Dengan status itu justru mendorongnya untuk lebih mengembangkan keilmuan lebih maju lagi.
“Guru besar harus menjadi lokomotif mengembangkan ilmu di institusi. Sehingga, peluang itu lebih besar untuk meliterasi masyarakat,” ujarnya.
Perjalanannya menjadi dosen dimulai saat menempuh pendidikan S3. Dengan latar belakang pendidikan S1 di program studi Kartografi dan Penginderaan jauh di Fakultas Geografi UGM. Lalu S2 di program studi Geografi dengan minat MPPDAS di Fakultas Geografi UGM melalui Beasiswa Unggulan Dikti.
Pria yang akrab disapa Prama ini mengaku banyak meneliti terkait pengembangan metode penginderaan jauh untuk pemetaan padang lamun sebagai penyerap karbon. Dia juga menjadi koordinator pemetaan padang lamun nasional berkolaborasi dengan BRIN, KKP, BIG, Universitas Hasanuddin, serta The University of Queensland.
Comments