STARJOGJA.COM, JOGJA – Dangdut, genre musik yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Dangdut Terus Populer di Anak Muda.
Michael HB Raditya peneliti musik dangdut dan pendiri Dangdut Studies Center mengaku tengah berjuang membuka mata semua orang bahwa dangdut bukanlah sebuah skena musik receh.
“Saya sedang melakukan penelitian sebagai tugas akhir disertasi, dan saya ingin memahami mengapa dangdut menjadi begitu populer dan bagaimana perkembangannya seiring waktu,” ujarnya melalui program “Gaspol” Star FM Sabtu (09/11/23).
Selama perjalanan penelitiannya, Michael HB Raditya juga menemukan banyak cerita menarik tentang perjalanan karir para legenda dangdut Indonesia.
“Saya merasa terhormat bisa mendengarkan kisah-kisah mereka. Mereka adalah pionir yang telah memberikan kontribusi besar dalam dunia musik dangdut,” katanya.
Para pemusik seperti Om Wawes, Guyon Waton, NDX, Ndarboy, Denny Caknan, dan sebagainya, telah membawa nuansa lagu curahan hati ke dalam aliran musik ini. Setiap minggu, rilisan-rilisan baru muncul, memperkaya dinamika dangdut Indonesia dan membuatnya semakin riuh.
“Lagu-lagu masa kini, yang hampir semuanya berbicara tentang putus cinta, kesedihan, bahkan patah hati, berhasil menangkap hati pendengar. Yang menarik adalah, sakit hati pun bisa disajikan dalam bentuk joget yang enerjik, itulah kata kuncinya,” katanya.
Bukan sekadar musik, dangdut adalah sebuah fenomena budaya yang terus berkembang. Di balik ini semua, terdapat satu figur penting, yaitu Lord of Broken Heart almarhum Didi Kempot yang membawa anak muda Indonesia mengenal ala dangdut “ambyar”.
Sementara itu, masih ada stigma negatif yaitu stigma erotis yang muncul pada tahun 2000-an. Salah satunya adalah pandangan bahwa dangdut adalah musik yang “kampungan.” Namun, penting untuk diingat bahwa stigma ini sering kali datang dari orang-orang di luar komunitas dangdut.
“Meskipun masih dianggap oleh beberapa kalangan sebagai musik kelas menengah ke bawah, dangdut terus berkembang dan menunjukkan ketahanannya dalam menghadapi berbagai perubahan zaman,” ujarnya.
PENULIS : Destiara Hasna
Comments