Menurut dia, 54 seniman disabilitas dari 12 negara itu terdiri 17 seniman dari luar negeri, dan 37 seniman dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Yogyakarta, Surabaya, Madiun, Jakarta, Lampung, Banten, Bandung, Bali, Cirebon, Magetan, Pandeglang, Purworejo, Bengkulu, dan Demak.
“Total ada 67 karya seni rupa dua dimensi, video dan instalasi yang dipamerkan dalam pameran seni rupa Jogja International Disability Art Biennale 2023,” katanya.
Menurut dia, seni menjadi medium untuk merepresentasikan kondisi disabilitas. Bagi penyandang disabilitas, seni merupakan medium ekspresif sebagai sarana menemukan kedirian maupun kebutuhan mereka.
“Selain itu, dalam tataran yang lebih luas, seni menjadi perangkat untuk mendorong kepedulian publik terhadap isu-isu yang berkaitan dengan disabilitas,” katanya.
Meski demikian, kata dia, seni semestinya tak berhenti pada ikhtiar membuka kesadaran publik terhadap perkara disabilitas, tapi seni juga membuka ruang kolaborasi antara kalangan penyandang disabilitas dan bukan penyandang disabilitas.
“Melalui kolaborasi seni itu akan terjadi pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi disabilitas serta membuka ruang dialog yang lebih leluasa dalam melihat persoalan disabilitas,” katanya.
Oleh karena itu, pada tahun 2023, Jogja International Disability Art Biennale (JIDAB) memilih tema “Interchange” yang menggarisbawahi adanya proses kolaborasi artistik yang diwarnai oleh pertukaran gagasan melalui praktik kreatif di medan seni.
“Proses kolaborasi tentu tak sekadar menyatukan dua gagasan maupun praktik kreatif yang berbeda, melainkan juga melahirkan keinsafan baru tentang pentingnya memahami dan menaruh hormat pada pihak lain serta kesadaran ada hal yang jauh lebih ketimbang dilakukan sendirian,” katanya.
Pameran Jogja International Disability Art Biennale 2023 tersebut dengan kurator Budi Irawanto dari UGM, Indonesia, Vina Puspita dari Inggris, Matthew Clay-Robinson dari York University, Amerika Serikat, Sukri Budi Dharma dari Jogja Disability Arts Indonesia, dan Nano Warsono dari ISI Yogyakarta Indonesia.
Selain pameran karya seni rupa, Jogja International Disability Art Biennale selama sepekan lebih di Galeri R.J. Katamsi ISI Yogyakarta juga dilengkapi dengan rangkaian program publik berupa Seminar Internasional, Focus Group Discussion, Workshop dan pemberian penghargaan.
Comments