“Penjelasan awal dari Pak Dani Hilman, penemu piramida tersebut, menjadi titik awal yang sangat penting. Namun, Badan Geologi menganggap penting untuk merinci beberapa poin penting dalam konteks ini,” kata Wafid dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Sebagai lembaga yang memiliki fokus pada geologi dan sejarah bumi, menurutnya, Badan Geologi telah melakukan kajian dan menyimpulkan bahwa terdapat banyak keraguan tentang adanya peradaban pada periode 75 ribu tahun yang lalu, terutama pada saat terbentuknya Kaldera Toba.
Bukti-bukti konklusif tentang peradaban pada periode tersebut dikatakannya sangat minim atau bahkan belum ditemukan sama sekali.
“Badan Geologi belum memiliki informasi spesifik terkait temuan piramida tersebut,” kata dia.
Dalam kerangka penjelasan yang lebih realistik, Badan Geologi mencatat dua kemungkinan yang layak dipertimbangkan.
Pertama, struktur yang tampak seperti piramida mungkin adalah hasil dari triangular facet yang banyak terdapat di bibir Kaldera Toba.
Kedua, triangular facet mungkin terbentuk setelah pembentukan Kaldera Toba dan kemudian digunakan oleh peradaban yang muncul setelah peristiwa tersebut, sekitar 75 ribu tahun yang lalu.
“Sebagai informasi tambahan, dalam sejarah peradaban manusia, Homo sapiens melanjutkan ekspansinya dan menghuni benua Asia sekitar 60 ribu tahun yang lalu, dengan satu gelombang migrasi melalui garis pantai Samudera Hindia,” ujarnya.
Ia memastikan bahwa Badan Geologi berkomitmen untuk terus mengkaji temuan tersebut dengan sumber daya dan peneitian yang memadai.
Para peneliti Badan Riset dan Inivasi Nasional (BRIN) menemukan sebuah pramida yang berada di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.
Piramida itu disebut berada di Desa Marhun Toruan, Kecamatan Bakti raja, Kabipaten Hasundutan. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan Bukit A atau Bukit Huruf A.
Comments