Frugal living merupakan gaya hidup cermat untuk mewujudkan cita-cita finansial dengan mencermati pengeluaran agar barang-barang yang dibeli benar-benar bisa mendatangkan value bagi hidup.
“You can afford anything, but you can’t afford everything. Kamu boleh punya mimpi macam-macam, tetapi kamu harus pilih karena uang kamu terbatas,” ujar Samuel dalam pernyataan di Jakarta, Sabtu.
Pria yang akrab disapa dengan Ko Sam ini menjelaskan bahwa inti dari frugal living adalah melakukan budgeting agar keluarga mempunyai pos keuangan yang jelas untuk setiap hal yang harus diprioritaskan.
“Pertama-tama kita harus paham piramida keuangan. Dari yang paling mendasar yaitu biaya hidup sehari-hari. Inilah yang harus diprioritaskan terlebih dahulu,” ujarnya.
Setelah menghitung anggaran untuk biaya hidup, lanjut dia, keluarga bisa mengalokasikan dana untuk membayar cicilan atau utang, termasuk persiapan dana darurat, asuransi dan investasi.
“Saat kita sudah menghitung semua pos-pos tadi barulah kita bisa menyisihkan uang untuk hedon. Jadi bukan hedonnya dulu yang diutamakan,” ujar penulis buku “Lagi Probation” ini.
Ko Sam memastikan frugal living dapat membiasakan kita untuk hidup dengan fokus yang jelas, tidak sekadar ikut tren atau pergaulan serta memilih apa yang paling penting dan bisa membuat diri lebih bahagia.
Dengan demikian, menurut dia, individu bisa memiliki hidup lebih terarah dan berdamai dengan kebutuhan yang ada, sehingga bisa menikmati kemewahan melebihi apapun yaitu memiliki kendali penuh atas waktu.
“Yang namanya keinginan memang tidak ada habisnya, tidak ada batasnya. Tapi kita semua memiliki waktu terbatas di dunia ini,” ujar HR Professional ini.
Ko Sam pun menyimpulkan bahwa frugal living tidak bisa membuat individu langsung mendadak kaya, tapi jika dilakukan secara konsisten akan membantu dalam mewujudkan tahapan bebas finansial.
“Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa menentukan prioritas, menaikkan pendapatan, hidup sederhana dan cermat terhadap pengeluaran lalu investasikan sisanya,” tutup Samuel Ray.
Sebelumnya, terkait bulan inklusi keuangan pada Oktober, pemerintah terus berupaya meningkatkan indeks inklusi keuangan masyarakat yang berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK pada 2022 telah mencapai 85,01 persen.
Untuk mencapai target inklusi keuangan sebesar 90 persen pada 2024, masih dibutuhkan upaya lanjutan di tingkat edukasi mengingat masih banyak masyarakat yang terjerat pinjaman online, terutama kaum muda, karena terjebak pola hidup konsumtif.
Comments