STARJOGJA.COM, HEALTH – Gaya Hidup Sedentari Tingkatkan Risiko Kanker Pankreas.
Guru Besar FKUI Prof. Ari Fahrial Syam menjelaskan bahwa kanker pankreas saat ini bahkan diderita oleh kelompok usia yang lebih muda.
“Jadi kalau dulu faktor risikonya untuk usia di atas 55 tahun, tapi saya pernah menemukan orang yang kena kanker pankreas usianya baru 40 tahun. Baca Juga Melawan Gaya Hidup Sedentari Jadi tidak menutup kemungkinan usia muda bisa terkena penyakit ini,” ujarnya dalam Media Briefing, Jumat (5/1/2024).
Menurut Kementerian Kesehatan, kanker pankreas adalah jenis kanker yang berasal dari sel-sel pankreas, organ yang terletak di bagian atas perut dan memiliki dua fungsi utama, yaitu pencernaan dan pengaturan gula darah. Kanker pankreas disebut menjadi salah satu “silent killer” karena nyaris datang tanpa gejala.
Adapun, jika gejala sudah muncul, artinya penyakit sudah berat atau berada di stadium lanjut dan sulit diobati. Dalam gaya hidup masa kini, yang sering jadi penyebab adalah gaya hidup yang tidak sehat, sedentari atau minim aktivitas fisik, dan konsumsi banyak daging merah, alkohol, dan merokok.
Gaya hidup sedentari atau sedentary lifestyle sendiri adalah pola hidup tidak sehat ketika seseorang cenderung malas untuk menggerakkan tubuhnya atau melakukan aktivitas fisik.Menurut World Health Organization (WHO), gaya hidup sedentari adalah salah satu penyebab kematian yang kasusnya sering terjadi di dunia.
“Terus terang saja gaya hidup sedentari yang artinya tadi jarang bergerak, makan tinggi lemak, ini sudah jadi tren di beberapa anak muda kita, malah kesannya mewah makan steak kemudian minum alkohol. Padahal itu jadi risiko untuk terjadinya kanker pankreas dan pada kelompok-kelompok usia muda,” jelasnya.
Sementara itu, di antara faktor risiko dari yang dikonsumsi sehari-hari, daging merah juga menjadi salah satu penyebab kanker pankreas.Menurut Prof. Ari, daging merah menjadi tersangka karena jenis daging ini sulit dicerna tuntas oleh tubuh. Jika terlalu sering mengonsumsinya, bisa menyebabkan peradangan kronis yang lama-lama akan terbentuk menjadi kanker.
“Inilah yang kita sampaikan bahwa kita harus berusaha untuk konsumsi makanan sehat agar beban dari organ-organ itu tidak berat di dalam mencerna makanan,” ujarnya.
Terkait dengan kasus kanker pankreas, Kementerian Kesehatan mencatat berdasarkan data Globocan sampai dengan 2018, kasus kanker pankreas di Indonesia sebanyak 4.940 kasus, dan 4.812 di antaranya meninggal dunia. Sementara itu, di Amerika pada 2020, terdapat 57.600 kasus kanker pankreas baru, dan 47.050 di antaranya meninggal dunia. Artinya sekitar 90 persen penderitanya meninggal dunia.
Penyakit ini juga diawali dengan tanpa gejala. Adapun, gejala yang umum dirasakan di antaranya nyeri ulu hati, tubuh menjadi kuning atau Jaundice, nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, dan cepat lelah.
Untuk mencegahnya, Prof. Ari mengatakan, agar masyarakat menjaga pola makan yang sehat, perbanyak serat dan minum air putih, serta rajin berolahraga agar tidak obesitas. Selain itu, hindari konsumsi alkohol dan juga merokok.
Comments