STARJOGJA.COM, Jerawat adalah salah satu permasalah kulit yang dialami banyak orang. Umumnya, jerawat disebabkan oleh kotoran atau minyak yang menyumbat pori di wajah.
Namun, jerawat ternyata juga bisa dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi sehari-hari. dr M Akbar Wedyadhana, SpKK, FINSDV, FAADV mengatakan memang ada jenis makananan yang dapat menyebabkan jerawat rentan muncul.
Misalnya, makanan yang mengandung indeks glikemik tinggi. Indeks glikemik adalah indikator yang menunjukkan seberapa cepat makanan berkarbohidrat memengaruhi kenaikan gula darah dalam tubuh. Semakin tinggi angkanya, maka semakin cepat pula makanan tersebut menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Ketika kadar gula dalam darah tinggi, maka dapat memicu terjadinya peradangan yang menyebabkan jerawat.
“Intinya makin ke sini, makin sering disebut makanan yang indeks glikemiknya tinggi, secara umum indeks gulanya tinggi,” ujarnya.
Kendati demikian, dr Dhana tidak serta merta melarang konsumsi makanan tersebut. Hanya saja, jumlahnya perlu dibatasi.
“Dikurangin lah ya, jadi kalau weekend gitu, akhir pekan gini kita makan apa aja bebas, tapi waktu hari biasa mungkin agak dijaga yang indeks glikemik atau gulanya tinggi,” ucapnya.
Selain membatasi makanan dengan indeks glikemik tinggi, dr Dhana mengungkapkan beberapa jenis jerawat yang belum terlalu parah dapat dicegah atau diatasi dengan kebiasaan sederhana, seperti rajin mencuci muka.
“Kalau kita berbicara jerawat itu sendiri, ada yang masih bisa dicegah, misalnya cuman dengan yang basic-basic aja, misalnya dengan rajin cuci muka,” ucapnya.
Untuk masyarakat di Indonesia, dr Dhana menyarankan agar rajin mencuci muka setidaknya tiga kali sehari.
“Untuk iklim seperti ini, di Indonesia atau di Jakarta yang lembab, kalau menurut saya itu tiga kali cuci muka. Jadi pas makan siang, salat Dzuhur, wudu, itu juga cuci muka,” katanya.
Tapi untuk jerawat yang grade-nya sudah parah, dr Dhana mengingatkan masyarakat agar mendapat penanganan dari spesialis kulit.
“Kalau memang yang sudah membandel atau grade-nya sudah parah, itu memang harus berobat ke dokter, utamanya spesialis dermatovenerologi atau dokter kulit. Biasanya kita memberikan obat-obat yang memang sudah sesuai dengan protokol di dalam ilmu kedokteran,” pungkasnya.
Baca juga : Star Insight Januari 2024
Comments