STARJOGJA.COM, JOGJA – Mari mengenal seluk beluk Keraton Yogyakarta melalui Pawon Prabeya atau dapur khusus yang menyiapkan hidangan bagi Sultan. Pawon Prabeya ini berada di sebelah barat Pelataran Kemagangan dengan bentuk limasan dan teras memanjang.
Uniknya pawon ini juga memiliki ruang memasak yang terbuka, sehingga kegiatan masak sehari-hari akan ditemani oleh pemandangan kebun kecil di seberang Pawon Prabeya. Terlebih, kegiatan masaknya sendiri hanya dilakukan oleh dua juru masak saja.
Pawon Prabeya memiliki kegiatan memasak yang sangat terstruktur. Pada pagi hari, setiap juru masak akan membeli bahan baku dan dilanjutkan dengan mempersiapkan segenap alat masak yang dibutuhkan. Kegiatan tersebut akan dilanjutkan dengan proses memasak tepat di jam 09.00 pagi.
Saat ini, Pawon Prabeya hanya memasak menu-menu khas Jawa saja bagi sultan. Menu tersebut juga dimasak sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Menu lodeh kluwih jadi menu wajib yang selalu di masak setiap harinya. Penetapan menu wajib ini dilakukan karena memiliki filosofi sebagai simbol kesederhanaan.
Secara pembuatan lodeh kluwih dianggap sangat mudah sehingga dapat dimasak oleh masyarakat biasa maupun dari kalangan bangsawan. Menu ini juga dianggap dapat dipadu padankan dengan berbagai macam bahan karena bumbunya yang cocok untuk memasak apa saja.
Pemilihan buah kluwih juga memiliki alasan khusus karena bentuk daunnya yang lebar dan menjari jadi simbol pengayoman. Terlebih, buahnya yang besar dan kuat menjadi simbol kekuatan, serta rasanya yang sedap menjadi simbol kenikmatan.
Selain lodeh kluwih, ada pengganti menu lain yang terdiri dari sop, asem-asem, bobor, dan lombok kethok. Ada beberapa menu pelengkap seperti capcay jawa, bakmi, sambal jenggot, serta tempe bacem.
Seluruh menu yang sudah dimasak biasanya akan dihidangkan dalam jodhang atau kayu khusus tepat pada pukul 11.00 siang. Jodhang inilah yang nantinya diangkat oleh Abdi Dalem Gladhag menuju Keraton Klien dengan ditutupi payung kuning. Pemilihan warna kuning memiliki makna kekuasaan serta sebagai tanda untuk memberi jalan bagi pembawa hidangan tersebut.
Sumber : Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
Comments