JogjaKUNewsSejarah

Makam Imogiri : Peristirahatan Raja Mataram di Perbukitan

0
Makam Imogiri

STARJOGJA.COM, JOGJA – Makam Imogiri memiliki keunikan lokasi yang berada di perbukitan. Pemilihan lokasi ini berasal dari masyarakat Hindu yang menganggap semakin tinggi tempatnya, maka akan semakin tinggi pula derajat kemuliaannya. 

Selain itu, masyarakatnya menganggap bahwa tempat tinggi merupakan tempat tinggal para roh dari nenek moyang mereka. Hal ini didukung oleh arti imogiri yang secara harfiah berasal dari kata dasar hima yang artinya kabut, serta giri yang artinya gunung. Sehingga, Imogiri dianggap sebagai gunung yang keberadaannya ditutupi oleh kabut. 

Pemilihan makam di tempat tinggi ini juga membuat bangunan memiliki bentuk anak tangga yang pendek. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan setiap pengunjung yang diharuskan menggunakan pakaian adat setiap kali berziarah. Aturan ini bahkan masih berlaku hingga hari ini. 

Pemakaman ini dikenal sebagai tempat peristirahat terakhir bagi para Raja Mataram beserta dengan keluarganya. Walaupun begitu, Makam Imogiri turut menjadi saksi bisu perjalanan kerajaan Mataram dan penerusnya. Setiap raja yang pernah berkuasa pun selalu berpulang di tempat yang sama meskipun ibu kota kerajaan sempat beberapa kali pindah. 

Makam Imogiri pertama kali dibangun di tahun 1632 saat masa kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma. Ia sendiri menjadi orang pertama yang pertamakali dikebumikan di pemakaman ini. Memiliki arsitektur yang khas dengan memadupadankan nilai-nilai Islam serta Hindu, pembangunan ini dipimpin oleh Tumenggung Citrokusumo.  

Penggunaan bata merah yang mendominasi bangunan jadi salah satu unsur paduan kedua agama tersebut. Uniknya, penyatuan batu bata ini dilakukan dengan metode kosod. Metode ini dilakukan dengan menggosokkan kedua bata dan diberikan sedikit air, sehingga memunculkan cairan pekat yang mampu melekatkan setiap bata. 

Setiap area di pemakaman juga memiliki batasan-batasan tersendiri yang ditandai dengan garis anak tangga dan posisi antar gapura. Gapura Supit menjadi tanda area pertama yakni, jalan utama menuju Kasultanan Agung. Gapura Paduraksa menjadi tanda area kedua yakni, area Srimanganti. Setelah area ini, terdapat area Kedhaton sebagai tempat pemakaman keluarga kerajaan. 

Pada area makam raja-raja Kasultanan Yogyakarta terdapat tiga Kedhaton yang digunakan sebagai ruang inti pemakaman sultan yakni, Kedhaton Kasurwagan, Kedhaton Besiyaran, dan Kedhaton Saptarengga.

Makam Imogiri berjarak 16 KM dari Keraton Yogyakarta, tepatnya di Desa Girirejo dan Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. 

Sumber : Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Penulis : Rossa Deninta

Museum Sonobudoyo Sebagai Tempat Koleksi Seni dan Budaya

Previous article

Jogja Smart Province : Harmonisasi SDM dan Teknologi

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU