JogjaKUNewsSejarahUniknya Jogja

Kampung Pandeyan Kenalkan Kekayaan Seninya

0
Kampung Pandeyan

STARJOGJA.COM, JOGJA – Kampung Pandeyan dalam sejarahnya berdiri dari kondisi masyarakatnya yang rata-rata memiliki kemampuan pande atau membuat peralatan dari besi.

Kemampuan pande dilakukan dengan cara yang tak biasa. Masyarakat biasanya menggunakan bara api yang ditiup dengan balon berbahan kulit dan ditekan untuk menghasilkan angin. 

Umumnya, hasil dari kemampuan pande ini akan digunakan bagi masyarakat yang bekerja sebagai petani dan tukang kayu. Tak hanya itu, kemampuan ini pada akhirnya juga dijadikan sebagai pekerjaan tetap bagi beberapa masyarakat.

Selain itu, Kampung Pandeyan turut menghasilkan masyarakat yang mampu membuat gamelan atau dikenal juga dengan empu gongso. Pembuatan gamelan ini menjadikan masyarakat lebih mengenal Kampung Pandeyan sebagai sebagai tempat pembuatan gamelan. 

Kampung yang berlokasi di wilayah Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo ini pada dasarnya berfokus pada pengembangan potensi seni dan budaya. Atraksi seni budaya yang paling terkenal di kampung ini diantaranya adalah pertunjukan wayang kulit, jathilan, karawitan, mocopat, hingga ketoprak. 

Beberapa pertunjukan seni ini bahkan dilakukan secara rutin setiap minggu dan terbuka bagi masyarakat umum. Contohnya, untuk wayang kulit dilakukan setiap malam jum’at dan pertunjukan ketoprak setiap malam selasa. 

Tak hanya dalam bentuk pertunjukan, Kampung Pandeyan juga memiliki tiga macam seni bergodo keprajuritan yakni, putra lombok ijo, lombok abang, dan satu bergodo keprajuritan putri. 

Kampung Pandeyan turut memiliki daya tarik wisatawan melalui upacara adat dan tradisi bernama Bakdo Kupat Secara filosofi, tradisi tersebut dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas selesai masa berpuasa selama satu bulan. Maka dari itu, tradisi ini biasa dilakukan satu minggu setelah perayaan hari raya idul fitri. 

Proses upacara Bakdo Kupat diawali dengan proses kirab yakni, arak-arakan gunung ketupat serta kelengkapan lauk pauk. Arak-arakan ini juga dikawal oleh bergodo keprajuritan. Setelah selesai, peserta kirab akan berkumpul di halaman masjid dan melakukan doa bersama. Kemudian, upacaranya akan diakhiri dengan menyantap gunungan ketupat dan penampilan wayang kulit.

Walaupun saat ini sudah berkembang menjadi sebuah kampung dalam perkotaan, tapi masyarakat Kampung Pandeyan masih kental dengan nilai-nilai kehidupan pedesaan. Tak khayal, masyarakatnya pun terus mengembangkan semangat gotong royong dan guyub rukun dalam aktivitas sehari-hari. 

Sumber : Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Yogyakarta

Penulis : Rossa Deninta

Pengamat Properti Tanggapi Rencana Tapera

Previous article

Menyelisik Warung Mbah Djo yang Tak Pernah Sepi

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU