STARJOGJA.COM, JOGJA – Tak hanya Tugu Pal Putih yang ikonik, Benteng Vredeburg sama bersejarahnya dalam menjadi saksi bisu perjuangan Indonesia melawan penjajah.
Benteng ini berlokasi di Jl. Margo Mulyo No. 6 Ngupasan, Kecamatan Gondoman, Yogyakarta, tepatnya disebelah destinasi wisata Taman Pintar dan berada di sekitar area titik nol. Bangunan ini menjadi salah satu peninggalan kolonial yang dijaga eksistensinya.
Berdasarkan sejarahnya, Benteng Vredeburg dibangun karena inisiasi pihak Belanda terhadap Keraton Kasultanan Yogyakarta. Belanda merasa perlu membangun sebuah benteng yang dapat membantu mereka melindungi wilayah keraton. Kondisi ini terjadi karena keraton sendiri baru saja membangun bangunan pendukung seperti Pasar Gedhe, Masjid, dan Alun-Alun.
Namun disisi lain, Belanda juga memiliki maksud lain untuk dapat melakukan strategi, intimidasi, penyerangan, hingga blokade terhadap keraton. Hal tersebut dapat terlihat dari penempatan bangunan yang langsung menghadap ke jalan utama keraton.
Sempat mengalami beberapa kali pembangunan di tahun 1760 hingga 1767, benteng ini akhirnya selesai di tahun 1787 dengan nama Rustenburgh yang artinya tempat peristirahatan. Tak lama kemudian, nama benteng ini pun diubah menjadi nama yang saat ini dikenal dengan sebutan Vredeburg atau perdamaian setelah pemugaran oleh Daendels.
Selama perjalanan berdirinya, Benteng Vredeburg telah menjadi saksi bisu perjalanan panjang Indonesia dengan Belanda. Beberapa peristiwa yang terekam di benteng ini adalah Peristiwa Geger Sepoy tahun 1812, penyerangan Jepang di Kota Yogyakarta pada tahun 1942, Agresi Militer Belanda II di tahun 1948, dan Serangan Umum 1 Maret 1949.
Setelah Belanda resmi mundur dari Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949, Benteng Vredeburg ini secara resmi dikelola sepenuhnya oleh APRI (Angkatan Republik Indonesia). Sejak tahun 1992 juga, benteng ini ditetapkan menjadi Museum Khusus perjuangan Nasional berdasarkan SK Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan No. 0475/0/1992.
Saat ini, benteng ini tentu membuka kunjungan dari masyarakat umum setiap hari Selasa hingga Minggu, tepatnya sejak pukul delapan pagi sampai pukul tiga sore. Pengunjung hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 3.000 untuk dewasa dan Rp 2.000 saja untuk anak-anak.
Sumber : Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta
Penulis : Rossa Deninta
Comments