JogjaKUNewsSejarah

Tingalan Jumenengan Dalem : Upacara Kenaikan Tahta Sultan

0
Tingalan Jumenengan Dalem

STARJOGJA.COM, JOGJA – Tingalan Jumenengan Dalem merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang digunakan untuk menyebutkan sebuah upacara rutin yang kerap dilakukan Keraton Yogyakarta. Upacara tersebut merujuk pada sebuah peringatan penobatan atau kenaikan tahta Sultan. 

Tingalan Jumenengan Dalem terkenal dengan puncak acaranya yang disebut dengan Sugengan. Secara sederhana, Sugengan sendiri merupakan sebuah proses berdoa untuk memohon usia panjang Sultan, kecemerlangan tahta Sultan, dan kesejahteraan bagi rakyat Yogyakarta yang dipimpinnya. 

Setelah melewati proses Sugengan, upacara ini akan dilanjutkan dengan acara labuhan, bertempat di beberapa petilasan yang dianggap sakral bagi Keraton Yogyakarta. Pada beberapa kesempatan acara tersebut dapat berlangsung di gunung atau tepi laut.

Selama acara labuhan berlangsung, pihak yang terlibat dalam proses Sugengan tidak hanya memohon doa akan keselamatan Sultan, tetapi juga untuk melangsungkan tugas Sultan demi menjaga keseimbangan alam, “Hamemayu Hayuning Bawono”. 

Selain acara-acara yang telah disebutkan sebelumnya, berikut merupakan penjelasan lebih lengkap akan rangkaian acara yang dilakukan pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono X : 

Ngebluk 

Ngebluk merupakan sebuah kegiatan membuat adonan apem yang dilakukan dua hari sebelum dilaksanakannya Hajad Dalem Labuhan di Bangsal Sekar Kedhaton. Nama Ngebluk diambil dari proses pembuatan adonan yang kerap menimbulkan suara “bluk”. 

Uniknya, Ngebluk ini hanya dilakukan oleh para wanita yang dipimpin Permaisuri, Putri Raja Tertua. Selain itu, beberapa orang lainnya meliputi para kerabat Keraton beserta Abdi Dalem Keparak.

Kegiatan Ngebluk diawali dengan pencampuran bahan untuk adonan oleh para Putri yang dibantu Abdi Dalem. Setelah selesai, adonan dipindahkan ke gentong berukuran besar dan didiamkan selama satu jam. Pada saat yang bersamaan, Abdi Dalem Keparak bertugas mengeluarkan layon sekar (bunga sesaji kering) yang akan menjadi salah satu ubarampe dan digunakan untuk dilabuh. 

Ngapem

Setelah selesai proses Ngebluk, rangkaian dilanjutkan dengan Ngapem atau proses pembuatan apem. Apem yang dibuat pada acara ini memiliki dua jenis ukuran yakni, apem berukuran kecil dan apem besar (Mustaka) yang disusun sesuai dengan tinggi badan Sultan. 

Mempersiapkan Ubarampe 

Proses ubarampe dilakukan berbarengan dengan proses ngapem. Para Abdi Dalem Reh Widyabudaya mempersiapkan ubarampe utama berupa seperangkat pakaian yang pernah digunakan Sultan, seperangkat pakaian laki-laki dan perempuan, potongan kuku dan rambut sultan serta layon sekar. 

Ubarampe akan diteliti kelengkapannya di Bangsal Manis dan diinapkan di Gedhong Prabayeksa nantinya. 

Sugengan 

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Sugengan merupakan puncak acara pada hari pelaksanaan. Pada rangkaian ini, dilakukan doa permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk keselamatan Sultan dan Keraton di Bangsal Kencana. 

Pada proses ini juga, apem dan nasi golong lengkap akan dibagikan kepada masyarakat yang hadir. Selain itu, ubarampe labuhan yang telah dipersiapkan dibawa ke Bangsal Srimanganti untuk disemayamkan selama satu malam.

Prosesi Upacara Labuhan 

Setelah dilakukan proses Sugengan, esoknya dilakukan labuhan. Proses ini dilakukan dengan diaraknya Gedhong Prabayeksa ke Bangsal Srimanganti untuk dibawa ke petilasan. Adapun lokasi petilasan tersebut diantaranya adalah Parangkusumo, Gunung Merapi, Gunung Lawu, dan Dlepih Khayangan.  

Penulis : Rossa Deninta 

Sumber : Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Awas, Modus Baru Judi Online dengan Deposit Pulsa

Previous article

Jadwal Pemadaman Listrik DIY, Jumat 21 Juni 2024

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU