STARJOGJA.COM, JOGJA – Dalam mewujudkan pertanian yang berkelanjutan, wilayah DIY sendiri dikenal memiliki beragam karakteristik pertanian yang menguntungkan. Selain pertanian padi, wilayah DIY juga banyak didapati tanaman lain seperti tanaman pangan, hortikultura, buah-buahan, dan perkebunan.
R, Hery Sulistio H, S.Pi., MT, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY mengatakan fokus pengembangan pertanian saat ini ada di hampir semua wilayah DIY. Upaya tersebut dilakukan dengan mengoptimalkan ketersediaan lahan, sumber daya air, dan nutrisi tanahnya.
“Secara prinsip sebetulnya bagaimana lahan yang ada bisa dioptimalkan dengan sumber daya air yang ada sama nutrisi atau unsur hara di tanah seperti apa dan butuh tambahan apa. Nah, di kita pemerintah mengupayakan bagaimana di masing-masing lahan itu bisa dioptimalkan”, jelas Hery.
Namun, dalam praktiknya untuk merealisasikan pertanian yang berkelanjutan, pemerintah harus terhalang oleh banyaknya lahan pertanian yang hilang dan dialihkan fungsinya untuk kebutuhan lain. Pasalnya, banyak masyarakat saat ini yang kemudian memutuskan memilih lahannya diubah menjadi kos-kosan atau dijual dan diperuntukkan sebagai pembangunan jalan tol.
Kondisi tersebut juga dibuktikan oleh data yang disampaikan oleh ATR BPN pada tahun 2019, dikatakan bahwa lahan sawah yang bagus tercatat sebanyak 76.000 hektar di wilayah DIY. Sedangkan, di tahun 2023, angkanya berubah menjadi 67.000. Oleh karena itu, pemerintah juga mulai berkomitmen dalam mengoptimalkan lahan yang sempit tapi tetap menghasilkan produk yang optimal.
“Maka, yang menjadi masalah utama kita saat ini adalah menghadapi lahan pertanian yang semakin lama semakin habis, karena yang namanya ketahanan pangan itu sesuatu yang wajib. kedepannya harus diikuti oleh konsep bagaimana memanfaatkan lahan pertanian yang sempit, tetapi tetap menghasilkan yang optimal” tutur R.B. Dwi Wahyu B., S.Pd., M.Si, Anggota Komisi B DPRD DIY.
Dwi lebih lanjut mengatakan Wujud dari optimalisasi lahan sempit itu sendiri dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, dilakukan dengan pemetaan ketersediaan lahan sejak awal. Kedua, menentukan prioritas komoditas supaya ada lahan yang bisa dimanfaatkan sesuai dengan iklim yang ada. Ketiga, penciptaan bibit unggul dari pihak dinas pertanian, baru kemudian dilakukan penggunaan teknologi tepat gunanya.
Hery lebih lanjut mengatakan Selain bibit unggulnya, dinas pertanian juga berupaya untuk turut memfasilitasi kebutuhan berupa subsidi pupuk bagi setiap pengelola lahan pertanian di wilayah DIY. Adapun subsidi tersebut juga dapat diakses bagi sembilan jenis komoditas seperti padi, jagung, kedelai, cabai, dan tebu.
Setelah memberikan hasil produksi dari optimalisasi yang telah dilakukan, dinas pertanian juga nantinya akan turut memantau pengelolaannya.
“Kita juga punya harga pokok produksi nah dari harga produk produksi ini masyarakat juga harus ada margin keuntungannya. Jadi, harus ada harga minimalnya yang mereka dapatkan”, jelas Hery kepada Star Fm.
Namun, Hery juga mengatakan ketika harga produksinya nanti mendekati BEP, pihak dinas pertanian juga akan berusaha mengupayakan pengolahan produk pertanian. Salah satu caranya dilakukan dengan memberikan himbauan kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk mengolah produk pertanian menjadi olahan yang dapat langsung dimakan dan dikirim ke wilayah luar.
Penulis : Rossa Deninta
Comments