STARJOGJA.COM,JOGJA – Wicara Kuratorial Angkat Makna Penting Dibalik Kurasi Koleksi. Wicara Kuratorial menjadi bagian dari Jogja Museum Expo (JME) 2024. Agenda Wicara Kuratorial #1 ini mengangkat tema “Ketika Benda Berbicara: Makna Penting Dibalik Kurasi Koleksi”.
Lima orang narasumber menjadi pengisi kegiatan ini, yaitu Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A., D.S. Nugrahaeni, M.A., Gatot Nugroho, S.Pt., Daniel Haryono, B.A., M.Hum., Dr. Hadjar Permadi, M.Hons.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta, Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A., menyampaikan pelaksanaan JME disajikan dalam tata kelola dan standar level internasional dan tetap mempertahankan nilai-nilai lokal dalam beragam koleksi dan narasi yang dipamerkan.
“Ini didasarkan pada sebuah pesan dari bapak gubernur, yaitu silahkan mencapai se global apapun tetapi harus berpijak pada lokalitas,”terangnya.
Nilai-nilai yang diangkat dalam tematik di expo yang ingin disampaikan dari Dinas Kebudayaan yaitu gumregah museum, ini menjadi sebuah gerakan kebangkitan permuseuman untuk lebih menggali dan meningkatkan kesadaran juga inisiatif bersama dalam membangun museum menjadi pusat pengkajian pun pleasure atau kesenangan.
D.S. Nugrahaeni, M.A., mewakili para kurator lain, mengatakan hal-hal mengenai tugas dari kurator dan pentingnya kuratorial dalam museum, juga mengenai koleksi-koleksi yang dipamerkan di Jogja Museum Expo. B
“koleksi yang dipamerkan tentu membawa suatu kisah dibaliknya dan disitulah tugas kurator, untuk menyampaikan kisah tersebut dalam narasi sehingga pengunjung pameran dapat menikmati wujud fisik dan memahami cerita dibalik karya tersebut,” tuturnya.
Dalam pameran bertema Prajnyopada: Local Wisdom, Mosaic of Us ini para kurator ingin menggali dan menceritakan terkait nilai-nilai kearifan lokal yang semakin hari sudah semakin luntur di masyarakat.
Selanjutnya, Gatot Nugroho, S.Pt., Ketua Forum Komunikasi Museum Bantul, membahas mengenai penyampaian cerita dari sebuah karya koleksi yang menjadi daya tarik dari sebuah pameran atau juga museum.
Ia mengatakan jika setelah pameran JME dimana karya-karya diceritakan oleh para kurator, nantinya ketika kembali ke museum harapannya supaya dapat dijadikan sesuatu yang lebih memiliki nilai daya tarik lagi.
Selain itu, adanya fasilitas dari Dinas Kebudayaan, salah satunya Wajib Kunjung Museum (WKM), harus dimanfaatkan dengan baik sehingga kedepannya tanpa perlu melalui program-program serupa atau tanpa perlu diminta, para pengunjung, misalnya dari sekolah-sekolah, akan dengan sendirinya datang ke museum.
Presentasi singkat mengenai nilai penting koleksi dalam penataan museum,disampaikan oleh narasumber berikutnya, Daniel Haryono, B.A., M.Hum. Ia juga mengajak para peserta wicara kuratorial untuk berimajinasi mengenai suatu pengalaman eksplorasi ketika datang ke museum.
“Dengan cara menikmati visual lalu setelahnya baru membaca narasi, akan memberikan pengalaman berkunjung dan menikmati museum yang lebih berkesan,” katanya.
Pembicara terakhir, Dr. Hadjar Permadi, M.Hons., pun memberikan presentasi terkait kurasi koleksi dari perspektif seni. Beliau mengungkapkan bahwa seni dalam konteks kuratorial ini sebenarnya adalah bagaimana penataan fisik dari karya-karya yang ada, kemudian keindahan atau estetika adalah sebuah rasa yang timbul dalam seseorang.
Keartistikan yang ditampilkan di Jogja Museum Expo telah diwujudkan dari segi penataan, pencahayaan, pun juga storyline yang melengkapi, namun mengenai estetika dan keindahan, menurut beliau ini bergantung pada masing-masing pengunjung yang datang kesana.
Comments