JogjaKUKab SlemanNewsUniknya Jogja

Cerita di Balik Upacara Adat Mbah Bregas

0

STARJOGJA.COM. JOGJA – Upacara Adat Mbah Bregas merupakan salah satu warisan budaya takbenda yang sangat berharga di Yogyakarta.

Upacara Mbah bregas dilakukan di Dusun Ngino Margoagung Seyegan Sleman. Diselenggarakan habis panen dan sekaligus perwujudan penghormatan kepada leluhur masyarakat yaitu Mbah Bergas. 

Pelaksanaan upacara adat ini satu tahun sekali pada jumat kliwon di bulan Mei, dan berlangsung turun temurun sejak zaman majapahit oleh Mbah Bergas.

Mbah bergas adalah pengikut setia Sunan Kalijaga untuk menyebarkan syiar agama Islam di wilayah Ngino Margoagung dan sekitarnya. Beliau juga dipercaya sebagai pendiri dusun Ngino. Mbah Bergas sangat dihormati oleh warga Ngino oleh karena itu sampai sekarang masyarakat tetap melaksanakan upacara adat tersebut guna mengenang jasa-jasa Mbah Bergas sebagai sesepuh di dusun Ngino.

Upacara adat bersih desa ini dilaksanakan sebagai perwujudan rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan, agar mendapatkan berkah dan kesejahteraan serta perlindungan dari segala bencana. Lokasi wajib dalam prosesi upacara bersih desa ini terkait dengan lokasi-lokasi yang berhubungan dengan aktifitas Mbah Bergas selama hidupnya, yaitu Pohon Beringin sebagai tempat bertapa, Sendang Planangan yang biasa digunakan beliau untuk kehidupan sehari-hari, Kramat sebagai lokasi pertemuan Mbah Bergas dengan Sunan Kalijaga, dan makam Mbah Bergas.

Prosesi upacara dilaksanakan selama 2 hari dimulai dari hari Kamis Wage sampai hari Jumat Kliwon, yang dimulai dengan pasang tarub, pemberian sesaji di Ngringin, Sendang Planangan dan Kramat, berupa tumpeng dan jajan pasar. Acara inti adalah ziarah ke makam.

Dilanjutkan dengan membaca doa dan tahlilan di Balai Dusun Ngino, dan dilanjutkan tirakatan pada malam harinya. Hari jumat dilaksanakan pengambilan air sendang untuk menyiram pohon beringin sebagai simbol menghidupkan dan melestarikan budaya. Selanjutnya dilaksanakan pergelaran wayang siang dengan lakon “Sri Mulih” untuk mengharap kemakmuran, dan dilanjutkan dengan kirab dengan gunungan.

Di akhir upacara adalah ngalap berkah dengan memperebutkan gunungan yang telah dikirab dan didoakan. Akhir dari rangkaian upacara adat ini adalah pengajian dan ditutup dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk. Pagelaran wayang kulit adalah bentuk acara untuk menghormati Sunan Kalijaga, dengan mengambil lakon kepada dakwah Islam yaitu Jimat Kalimasada, Dewaruci, Petruk Jadi Ratu.

Upacara adat Mbah Bregas  selain sebagai tradisi penghormatan kepada Mbah Bergas juga mempunyai arti tersendiri baik secara filosofis maupun teologis yang terkait dengan pernikahan dan kesuburan.

Upacara Adat Mbah Bregas  lebih dari sekadar sebuah upacara adat. Ini adalah sebuah perayaan akan warisan budaya, ungkapan syukur, dan pengikat tali persaudaraan masyarakat Ngino. Melalui upacara ini, nilai-nilai luhur terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang, sehingga tradisi ini tetap hidup dan berkembang.

Dirjampelkes BPJS Kesehatan Pantau Implementasi Frista dan i-Care JKN

Previous article

Kembang Waru Makanan khas Peningalan Kerajaan Mataram Islam

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in JogjaKU