STARJOGJA.COM,JOGJA – Kembang Waru merupakan salah satu kuliner warisan kerajaan mataram islam yang masuk ke Warisan Budaya takbenda Yogyakarta.
Kue ini berbentuk seperti bunga waru dengan delapan kelopak. Dahulu para sahabat kerajaan membuat kue ini dikarenakan banyaknya pohon waru yang tumbuh di sekitar Kotagede.
Memiliki delapan kelopak, kue kembang waru memiliki makna filosofi yang tinggi. Delapan kelopak tersebut memiliki arti delapan jalan utama atau hasto broto, yang diibaratkan delapan elemen penting bagi kehidupan manusia yaitu matahari, bulan, bintang, mega (awan), tirta (air), kismo (tanah) Samudra, dan maruto (angin).
Pada masa Kerajaan Mataram Islam Roti Kembang Waru ini selalu menjadi hidangan favorit yang selalu ada dalam setiap hajatan ataupun acara adat pada masa itu. Tidak diketahui persis siapa penemu dari jajanan khas yang saat ini cukup popular di wilayah Kotagede.
Dahulu Kotagede ditumbuhi pohon-pohon lebat yang cukup rindang seperti pohon Beringin dan pohon Gayam. Pada masa Mataram Islam pusat pemerintahan atau ibu Kota nya terletak diwilayah Kotagede ini dan terkenal engan pohon Gayam yang tumbuh subur di sepanjang jalannya. Diantara pohon-pohon Gayam yang tumbuh terdapat pohon Waru yang tumbuh subur dengan bunganya yang berwarna cokelat kemerahan., kemudian dibuatlah roti yang berbentuk bunga Waru .
Dalam proses pembuatannya, bahan yang digunakan antara lain tepung terigu, telur ayam, gula, susu, vanili, dan mentega. Sementara untuk wewangian kue kembang waru digunakan daun pandan atau pun vanili, semua bahan-bahan tersebut kemudian dicampur menjadi adonan.
Selanjutnya adonan yang sudah jadi dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk bunga waru yang sebelumnya sudah diolesi dengan mentega. Alat untuk membuat roti ini membutuhkan cetakan yang terbuat dari besi. Sehingga ukuran dan bentuk dari roti ini ukurannya sama semua.
Setelah itu adonan dipanggang di dalam oven. Uniknya, oven yang digunakan untuk memanggang kue kembang waru masih menggunakan arang sebagai bahan bakarnya. Arang-arang itu ditempatkan di atas dan di bawah oven.
kue ini menjadi salah satu saksi bahwa masyarakat Kotagede sangat gigih dan tekun dalam melestarikan budaya leluhur. kue yang ada sejak zaman kerajaan Mataram masih bisa kita jumpai dan nikmati rasanya hingga saat ini. Kue kembang waru dijual dengan harga mulai dari Rp1000 – Rp3000 di kawasan kotagede.
Hal ini yang perlu di apresiasi dan dijaga serta dicontoh agar generasi hari ini bisa menjaga dan melestarikannya untuk generasi yang akan datang di masa mendatang.
Comments