STARJOGJA.COM, Info – Pameran Asana Bina Seni dengan tema “Golong Gilig Sawit: Gayeng Ngrumat Bumi” berlangsung selama akhir Agustus hingga September di 5 RT di Padukuhan Sawit, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekararum Winihastuti Seniman Asana Bina Seni menceritakan awal ia bergabung di pameran Asana Bina Seni 2024 ini dan akhirnya menciptakan karya Wayang Beber.
“Aku diajak kakak tingkat yang waktu itu open call, aku apply masukin proposal tapi akhirnya diterima. Awalnya proposal tentang buruh, metode material culture mengambil wacana atau narasi yang ada dalam benang. Mau bikin patung dari benang setelah inkubasi jadi wayang beber yang didisplay di RT 1,lukisan,” katanya kepada Star FM.
Tuti mengatakan ide awal tertarik mengangkat sistem kerja dan dunia buruh di salah satu perusahaan. Sebab saat itu buruh bekerja 1 shift dengan istirahat 1/2 jam menjadi alasannya ingin mengangkat karya ini.
“PT Samitex ada di Panggungharjo beberapa buruh ada dari Sawit. Ada warga yang kerja di finishing,” katanya.
Ma’rifatul Latifah Seniman lainnya menceritakan bagaimana tertarik berkarya di Asana Bina Seni ini. Karyanya yang berkaitan dengan dapur ini memiliki alasan sendiri.
“Awalnya ide tertarik keluarga yaitu dapur, karena beberapa karya sebelumnya dari dapur, dimana suguhan makanan jangan sampai ga ada. Dapur lebih keluarga karena bapak dan ibu untuk kegiatan dapurnya itu ada pembagian. Kalau ada yang ke pasar ada yang masak. Aku dari keluarga pengusaha bakso, bapak bikin pentol ibu yang sayurnya. Ternyata suami istri bisa kerjasama,” katanya.
Dapur menjadi pilihan tema karyanya karena setiap dapur memiliki sendiri. Karena setiap daerah memiliki budaya dan adat sendiri tentang dapur.
“Ada beberapa dapur yang bisa dilihat yang tidak privasi itu bisa. Kalau di Jawa dapur di Belakang kalau di Madura itu dapur di depan. Disini aku ruangannya dapur lebih ditekankan arsip keluarga Sawit dalam bentuk foto atau video dari warga,” katanya.
Baik Tuti dan Latifah memiliki tantangannya sendiri dalam menghadirkan karyanya. Bagi Tuti tantangannya setiap riset warga punya keseharian punya pekerjaannya untuk kolaborasi dengan warga buruh.
“Mareka kan banyak tanggungan, untuk kolaborasi itu aku cari bentuknya. Lalu warga itu memberikan kain tenunnya,” kata Tuti.
“Kalau aku tantangannya aku ijin bolehkah aku tinggal disana. Akhirnya bisa tinggal disana ada mama Wahyu terimakasih. Tercetuslah bagaimana kegiatan warga. Secara keluarga komunal yang tidak diarsip di KK atau buku, yang internal apakah bisa? kan harus ijin itu yang terpenting,” kata Latifah.
Bagas Pramudya Tim Media Asana Bina Seni mengatakan tahun ini Asana Bina Seni memilih desa untuk memamerkan karya. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang memilih galery, museum atau space di kota.
“Asana di pedesaan, karena senimannya muda butuh diapresiasi, tim media bergerak untuk menggaet atensi publik. Ketika acara di gelar di desa, tidak hanya untuk dunia seni tapi juga warga lokal,” katanya.
Karya menjadi tanggung jawab produksi dan instalasi dan didampingi tim program Asana Bina Seni. Semua karya yang sudah dikurasi oleh 4 kurator ini dipamerkan di berbagai venue.
“Dipamerkan dibagi 3 venue dari RT 1 sampai RT 5, di KWT Sawit, Joglo Pringgo Wiyono Sawit, Posyandu, Joglo RT 01, Cakruk Prancak Weden Rt 04, Cakruk Wetan Sawit RT 02, Cakruk Kulo Sawit RT 02, joglo Pak Newu,” katanya.
Karya yang sudah dipamerkan di Sawit memiliki apresiasi sendiri, terlebih dari warga langsung. Didukung dengan tema tema yang muncul dalam pameran yang sangat dekat dengan warga.
“Sebelumnya jarang mencapai akar rumput. Kemudian topik yang diangkat ada ketahanan pangan, ingin mengangkat, contoh waktu itu ada workshop soal ketahanan pangan ada workshop membuat jajanan pasar dari singkong, yang ingin mnghadirkan ketahanan pangan,” katanya.
Sementara itu Angga kurniawan Panitia Padukuhan Sawit Panggungharjo mengatakan awal dirinya ikut bergabung dengan tim Asana Bina Seni. Berawal dari Biennale Jogja 17.
“Berangkat dari Biennale Jogja 17 ya. Pak dukuh saya yang usianya sesaya, dia ditawari jadi peserta asana dan berangkat dari situ karena ingin melanjutkan kerjasama maka dilanjutkan di Sawit untuk Asana ini. Selain mendekatkan seni dnegan warga setiap hari warga juga dekat dengan seni,” katanya.
Ia mengaku warga Sawit sangat dekat dengan seni atau berkesenian. Halitu yang mendekatkan warga dengan dunia seni salah satunya dengan Asana Bina Seni ini.
“Kegiatan (warga) sudah aktif sebelum ini. Ternyata kegiatan ini bagian dari kesenian. Salah satu karya dari temen temen Asana adalah story warga, ternyata story saja bisa jadi film,” katanya.
Selama kegiatan Pameran Asana Bina Seni 2024 ini melibatkan 13 seniman baik dari seniman undangan maupun seniman Asana Bina Seni. Semuakarya seniman ini bisa dinikmati hingga akhir Agustus ini.
“31 agustus penutupan. Golong gilig itu kan gotong royong meruwat bumi biar gayeng, kalau Agustus itu saja di kampung sudah gayeng. Sudah meragengkan. Warga saat ini sudah mulai aware dengan karya seni, mau datang untuk melihat karya,” katanya.
Baca juga : Pameran Asana Bina Seni Golong Gilig Sawit : Gayeng Ngrumat Bumi 2024
Comments