STARJOGJA.COM,INFO – Salah satu dari Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) adalah Wayang Topeng Duwet. Sejarah Wayang topeng duwet Muncul setelah perjanjian Giyanti pada tahun 1755.
Diawali dengan adanya 3 Topeng utama yang merupakan pemberian dari Kraton Yogyakarta, yaitu Topeng Klana Sewandana, Topeng Bancak dan Topeng Doyok. Wayang ini berfungsi untuk ritual dan hiburan.
Pada masa Pemerintahan Bupati Kanjeng Tumenggung Prawirosentiko, Wayang Topeng Duwet yang sebelumnya sebagai kesenian barangan untuk menghibur masyarakat dan sebagai sumber mata pencaharian pemainnya, berubah fungsi sebagai seni Ritual karena mulai menjadi bagian dari Nyadran Sumur Soka di Kalurahan Duwet
Pada masa kepemimpinan Bapak Pawiro Taruno, kesenian Wayang Topeng Duwet mengalami perkembangan, tidak hanya dipentaskan untuk acara Nyadran Sumur Soka, namun juga dipentaskan di daerah sekitar Kalurahan Duwet. Mengenal Wayang Topeng Duwet Sebagai Warisan Budaya
Dalam sejarahnya Wayang Topeng Duwet mengalami kemunduran, bahkan tidak ada aktivitas kesenian di Kalurahan Duwet pada tahun 1965, yaitu ketika masa G.30S PKI. Peristiwa G 30 S PKI berdampak pada keberlangsungan kesenian Wayang Topeng Duwet. Ketika itu, banyak pemain topeng yang “terciduk” dan tercatat sebagai anggota Lekra. Tidak ada yang berani berkesenian pada masa itu.
Pasca peristiwa G30 S PKI, kesenian Wayang Topeng Duwet mulai dipentaskan kembali pada tahun 1979. Dibawah pimpinan Bapak Pawiro Taruno, Wayang Topeng Duwet dipentaskan lagi dan Nyadran Sumur Soka dilaksanakan kembali.
Setelah Pak Karana meninggal, anaknya tidak ada yang meneruskan pelestarian Wayang Topeng Duwet. Pak Nardi sebagai salah satu pelaku Wayang Topeng Duwet, kemudian mencari penerus yang masih ada hubungan keluarga dengan Pak Karana.
Pilihan jatuh kepada Bagas Wisnu Admaja atau biasa dipanggil Inu, pemuda berbakat yang terlihat tekun mencintai tradisi Wayang Topeng dan Nyadran Sumur Soka, sehingga regenerasi sudah mulai dilakukan, bahkan beberapa anak muda mulai dirangkul oleh Pak Nardi Purwanto untuk turut serta dalam melestarikan Wayang Topeng Duwet.
Inu mulai melakukan berbagai upaya untuk pelestarian Wayang Topeng Duwet. Adapun bentuk kegiatan yang dilakukan di antaranya adalah melatih dengan telaten anak dan remaja di wilayah Kalurahan Duwet untuk menjadi calon calon generasi penerus Wayang Topeng Duwet.
Upaya pelestarian Wayang Topeng yang dilakukan Inu, mendapat dukungan warga, karena warga sepakat agar Wayang Topeng Duwet tetap lestari dan harus ada regenerasinya. Dukungan dari warga pemilik acara adat Nyadran Sumur Soka, menjadi semangat khusus bagi Inu dalam melatih anak-anak dan generasi mudanya untuk semakin rutin berlatih.
Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/
Comments