STARJOGJA.COM, JOGJA – Berangkat dengan pemikiran domestik tentang perempuan ‘domestikasi gender’, Keraton Yogyakarta menggelar pameran akhir tahun dengan tajuk Parama Iswari, Mahasakti Keraton Yogyakarta. Pameran tersebut menjadi tawaran atas renaisans perempuan untuk mendefinisikan kembali ‘keperempuanannya’ berdasarkan peran dan kapasitas.
Menurut Nyi R. Ry. Noorsundari, selaku Pimpinan Produksi Pameran Paramaiswari, pameran ini bercerita tentang peran perempuan di Kraton Yogyakarta dari masa HB 1 sampai dengan saat ini. Adapun koleksi yang ditampilkan adalah yang berhubungan dengan perempuan, baik busana, perhiasan, manuskrip juga arsip catatan keuangan.
“Pada pameran ini juga terdapat kegiatan pendukung seperti workshop dan public lecture yang dimaksud untuk diskusi dan edukasi ke masyarakat kedudukan dan peran wanita dalam berbagai tahap kehidupan.Parama Iswari utamanya perempuan utama, bahwa sebenarnya perempuan juga berperan dalam kelangsungan hidup bangsa,” ujarnya.
Mahasakti Kraton Yogyakarta, melihat peran perempuan sebagai pendamping dan pendukung utama pria demi keseimbangan kehidupan, dan persepsi yang jujur tentang kekuatan perempuan.
Fajar Wijanarko atau Mas Jajar (MJ) Pradanareja Guritno selaku Kurator Pameran Paramaiswari menambahkan, Parameswari [parama-iswari]: dalam kamus bahasa Jawa berarti langkung luhuring pawestri atau lebih dari perempuan utama.
“Parameswari sebuah term yang disematkan pada perempuan utama dalam tatanan kerajaan Jawa. Istilah tersebut telah digunakan sejak abad ke-9 dan dipelihara dalam memori kolektif budaya Nusantarasampai abad ke-21. Kedudukan parameswari dan ketokohan perempuan yang melekat
acapkali berafinitas sebagai sakti,” jelasnya.
Jenama yang mengikat pada raja sekaligus kuasa yang melampaui kadarnya. Berangkat daripendekatan kronologi, narasi parameswari sebagai perempuan yang melintasi sejarah dirangkap dalam satu situasi budaya. Impresi dari kiprah prameswari yang dikumpulkan dan dipadu dalam satu ruang pamer membawa intensi agar perempuan mampu membangun definisi ulang tentang keberadaannya secara adaptif.
“Konteks perempuan sebagai bagiandari militer, pemrakarsa budaya, hingga aktivis sosial terus berubah dan menjelma sesuai relevansi hari ini,” tambahnya.
Keraton Yogyakarta mencatat gender parameswari sebagai perempuan utama bukan hanya pada dikotomi perempuan di ruang privat. Raden Ayu Kadipaten adalah parameswari dari Sri Sultan Hamengku Buwono I yang juga panglima perang prajurit Langenkusumo. Kiprahnya dalam dunia militer patut diperhitungkan. Dia dicatat sebagai guru sekaligus nenek dari Pangeran Diponegoro yang kemudian hari mengibarkan Perang Jawa (1825-1830). Catatanlain tentang ketokohan parameswari sebagai perempuan yang berdaulat dimiliki oleh setiap Sultan yang bertakhta.
Raden Ayu Andayaningrat, seorang diplomat ulung yang menjadi negosiator dari kembalinya Sultan Hamengku Buwono II dari pengasingan di Saparua. Periode yang paling kentara adalah kehadiran GKR Kencana, permaisuri dari Sultan Hamengku Buwono VII yang memiliki daya matematis yang ulung, Ia adalah perempuan yang mengatur keuangan di Keraton Yogyakarta.
“Dari data kronologis yang dikumpulkan, akhirnya, Keraton Yogyakarta tidak
secara khusus mengonstruksi dialog perlawanan terhadap dogma feminis yang sebenarnya belum selesai dipahami. Ihwal yang ditangkap cenderung berpusat pada data sejarah sebagai jalan untuk menyelami aksi-reaksi seorang parameswari sebagai perempuan,” tutup MJ.
Penyelenggaraan Pameran
Pameran diselenggarakan oleh Kawedanan Radya Kartiyasa, Keraton Yogyakarta pada:
1. Pembukaan Pameran : Sabtu, 5 Oktober 2024
2. Lokasi Pembukaan : Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran,
Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
3. Lokasi Pameran : Kagungan Dalem Kedhaton, Karaton Ngayogyakarta
Hadiningrat
4. Durasi Pameran : 6 Oktober 2024 – 26 Januari 2025
5. Waktu Kunjungan : 08.30 – 14.30 WIB
Di sisi lain, pembukaan pameran akan didukung dengan Pertunjukan Wayang Wong yang dipersembahkan oleh Kawedanan Kridhamardawa, Keraton Yogyakarta pada:
1. Pertunjukan Pembukaan : Wayang Wong Darmadewa Darmadewi
2. Lokasi Pertunjukan : Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran,
Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
3. Waktu Pelaksanaan : 1 Oktober, 2 Oktober, 4 Oktober, dan 5 Oktober 2024
4. Pukul : 19.00 WIB – selesai
Comments