STARJOGJA.COM, JOGJA – Masyarakat Yogyakarta diajak mengikuti vaksinasi JE ini selagi menjadi program pemerintah, sehingga dapat memperolehnya dengan gratis. Biaya vaksinasi itu mahal jika mengaksesnya secara mandiri.
Ajakan ini disampaikan oleh Prof. dr. Mei Neni Sitaresmi, SpA(K), PhD, Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM dalam dialog yang dugekar Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM ,TropmedTalk edisi September 2024.
Prof. Mei menjelaskan bahwa JE disebabkan oleh virus japanese encephalitis virus yang umumnya terdapat di babi dan blekok (bangau putih) yang lazim dijumpai di sawah.
“Virus ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk culex,” jelas Beliau. Berbeda dengan nyamuk Aedes aegypti yang sering menggigit pada siang dan sore hari, nyamuk culex menggigit pada malam hari. Saat itulah virus bisa masuk ke dalam tubuh manusia. Meski demikian, virus dalam tubuh manusia tidak dapat ditularkan lagi ke manusia lain.
Virus yang masuk ke tubuh manusia bisa menimbulkan gejala layaknya infeksi lain seperti demam, badan lesu, nyeri otot dan lain-lain. Gejala-gejala yang tergolong seperti di atas akan hilang dalam waktu yang tidak terlalu lama. Namun pada kelompok yang berisiko tinggi, infeksi virus tersebut akan menimbulkan gejala yang serius seperti pusing yang menyebabkan anak terus-terusan rewel, muntah-muntah hingga kejang dan penurunan kesadaran. Gejala-gejala tersebut pun sama dengan gejala peradangan otak (encephalitis) lainnya.
“Encephalitis itu kan ada banyak, salah satunya ya yang disebabkan oleh virus (JE) ini,” jelas Prof. Mei.
Lebih lanjut Prof. Mei menjelaskan bahwa jika sampai di fase gejala serius tersebut, angka kematian penyakit ini tinggi dan tidak ada obatnya. Karena itu Beliau menekankan pentingnya vaksinasi yang selama dua bulan ini menyasar anak usia 9 bulan hingga 15 tahun.
“Sistem kekebalan tubuhnya belum sebaik orang dewasa,” jelas Prof. Mei menjawab pertanyaan kenapa vaksinasi ini menyasar kelompok usia tersebut. Vaksinasi yang akan diberikan satu kali dosis ini akan memberikan perlindungan pada anak terhadap infeksi virus JE.
Adapun menyikapi kekhawatiran sebagian masyarakat terkait keamanan vaksin, Prof. Mei meyakinkan bahwa vaksin JE itu aman.
“Vaksin itu kan masuk kategori obat yang standar keamanannya paling tinggi,” jelas Prof. Mei.
Sebelum diberikan kepada masyarakat, vaksin telah melalui serangkaian penelitian dan uji coba yang panjang. Terkait efek samping, Prof. Mei menjelaskan bahwa setiap tindakan tentu ada efek sampingnya. Beliau mencontohkan bahkan aktivitas olah raga pun akan membuat lelah. Kalaupun vaksin ada efek sampingnya, umumnya adalah efek samping yang ringan dan dapat sembuh sendiri.
Prof. Mei mengajak masyarakat Yogyakarta untuk mengikuti vaksinasi JE ini selagi menjadi program pemerintah, sehingga dapat memperolehnya dengan gratis. Beliau menyampaikan bahwa biaya vaksinasi itu mahal jika mengaksesnya secara mandiri.
Adapun terkait Yogyakarta dipilih sebagai wilayah pelaksanaan, Beliau menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan rekomendasi dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Selain beban kasus, pertimbangan lainnya adalah kesiapan sumber daya kesehatan dan masyarakatnya dalam melaksanakan vaksinasi.
Namun sebetulnya vaksin bukan merupakan satu-satunya langkah pencegahan dari penyakit JE. perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga sangat penting.
“Karena ini ditularkan oleh nyamuk, maka pastikan lingkungan bebas dari nyamuk,” pesan Prof. Mei.
Dengan menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), maka lingkungan akan bebas dari nyamuk. Tidak hanya terbebas dari JE, masyarakat juga akan terbebas dari penyakit-penyakit lain yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Selain itu, nutrisi juga harus terjaga, sehingga daya tahan tubuh akan meningkat dan mampu melawan infeksi dengan sendirinya.
Comments