NewsPendidikan

Pakar UGM Sebut Efektivitas Pemerintahan Zaken Kabinet

0
Zaken Kabinet
Prabowo Subianto dalam debat terakhir calon presiden 2024, Minggu (4/2) malam di JCC, Jakarta.

STARJOGJA.COM, Info – Mada Sukmajati Dosen Ilmu Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM mengatakan isu konsep Zaken Kabinet pada pemerintahan mendatang kembali muncul. Menurutnya secara historis istilah Zaken Kabinet pertama kali diterapkan dalam Kabinet Djuanda pada periode demokrasi liberal Indonesia.

“Definisi normatif Zaken Kabinet adalah kabinet yang terdiri dari kombinasi teknokrat, profesional, dan politisi,” ujarnya , Rabu ( 9/10).

Berbeda dengan konteks penerapan Zaken Kabinet saat ini, mengingat adanya perbedaan sistem politik. Pada era Kabinet Djuanda, Indonesia menganut sistem parlementer, sementara saat ini sistem presidensial. Meski demikian, Mada melihat bahwa beberapa tantangan dan dilema yang dihadapi tetap serupa, terutama terkait akomodasi kekuatan politik dan kebutuhan untuk segera menghasilkan kebijakan yang efektif.

“Baik di masa Djuanda maupun saat ini, ada kebutuhan untuk menjaga stabilitas politik, sehingga mengakomodasi kekuatan politik adalah suatu keharusan,” jelasnya.

Mada juga menggarisbawahi bahwa salah satu tantangan besar dalam pembentukan Zaken Kabinet di era modern adalah menjaga keseimbangan antara stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan. Dua hal ini menurutnya sebagai dilema kelembagaan dalam penerapan Zaken Kabinet di Indonesia. Kombinasi sistem presidensial dengan multipartai sering kali menciptakan tantangan bagi presiden dalam memilih antara mengakomodasi semua partai pendukung atau membatasi kabinet hanya pada teknokrat dan profesional.

“Jika prioritasnya adalah stabilitas politik, maka mengakomodasi sebanyak mungkin partai politik bisa menjadi pilihan, meski ini bisa memperlambat realisasi program-program pemerintah,” kata Mada.

Di sisi lain, pembentukan kabinet yang lebih banyak diisi oleh teknokrat dan profesional dapat mempercepat implementasi kebijakan, tetapi bisa berisiko melemahkan dukungan politik.

Selain itu, Mada juga menyoroti bahwa insentif untuk oposisi dalam sistem politik Indonesia sangat minim, sehingga menyebabkan partai-partai lebih memilih untuk berada dalam pemerintahan daripada di luar pemerintahan.
“Di Indonesia, menjadi oposisi tidak memberikan akses yang memadai terhadap sumber daya negara, sementara partai-partai di dalam kabinet dapat memanfaatkan posisi mereka untuk memperkuat basis politik di daerah,” jelasnya.

Ada kecenderungan partai-partai politik untuk selalu mencari posisi dalam kabinet, meskipun hal itu dapat mempengaruhi efektivitas pemerintahan.

Namun demikian, Mada menjelaskan pola Zaken Kabinet sebenarnya sudah mulai terbentuk sejak era Presiden SBY dan dilanjutkan di era Presiden Jokowi, terutama pada posisi strategis seperti Menteri Keuangan dan Menteri Luar Negeri.

“Posisi-posisi strategis seperti Menteri Keuangan dan Menteri Luar Negeri biasanya diisi oleh teknokrat atau profesional, karena objektivitas dalam mengambil kebijakan publik sangat diutamakan di posisi ini,” kata Mada.

Dengan mengacu pada konteks kelembagaan di Indonesia saat ini, Mada menyatakan bahwa model Zaken Kabinet masih relevan dan bisa menjadi opsi dalam pemerintahan ke depan, terutama untuk menjaga keseimbangan antara politik dan profesionalisme dalam pemerintahan.

Sumber : UGM

Baca juga : Sah! Presiden Reshuffle Kabinet Indonesia Maju

Bayu

Mimpi Paling Indah bagi Maarten Paes Meloloskan Indonesia di Piala Dunia

Previous article

Pameran Berbasis Arsip Enam Bulan dan Sekian Pertemuan Koleksi Bagong Kussudiardja

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News