STARJOGJA.COM, JOGJA – Wiwitan Gugus Bagong, PSBK Luncurkan Wajah Baru. Setelah hampir lima dasawarsa berdiri, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) terus berbenah dan menyempurnakan peran di tengah masyarakat.
Tahun ini, PSBK menandai langkah barunya sebagai pusat seni berbasis tempat (venue based art center) yang menjadi kelanjutan dari roadmap lembaga untuk melanjutkan visi pendiri PSBK, Bagong Kussudiardja.
Lewat konsep pengelolaan venue based art center, PSBK berupaya untuk mengedepankan konsep Gallery, Library, Archive, and Museum (GLAM) dalam pengelolaan program-program keseniannya.
Dengan tak hanya fokus pada lokakarya seni, melainkan juga pada pengelolaan galeri seni yang lebih profesional, perpustakaan, pusat arsip, serta museum karya seni. PSBK menjadi ruang strategis, tidak hanya bagi seniman untuk berkarya, tetapi juga sebagai sarana edukasi bagi masyarakat umum.
Momentum kehadiran wajah baru PSBK ini ditandai dengan acara Wiwitan Gugus Bagong. Sesuai namanya, kata Wiwitan, dalam bahasa Jawa berarti penanda atas permulaan segala sesuatu yang diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang berdampak positif bagi semua. yang bermakna mensyukuri dan mengawali langkah ke depannya. Sedangkan Gugus Bagong merupakan program ikonik PSBK, berupa festival seni pertunjukan dua tahunan yang digelar sejak 2018.
Acara Wiwitan Gugus Bagong dimulai dengan tur kawasan, dilanjutkan dengan seremoni syukuran serta peluncuran branding visual baru, peresmian penataan kawasan PSBK oleh Kementerian PUPR dan ditutup dengan penampilan dari kelompok seniman yang bermukim di PSBK. Selama ini, total ada empat kelompok seniman mukim di PSBK, yaitu Pusat Latihan Tari (PLT) Bagong Kussudiardja, Teater Gandrik, KuaEtnika, dan Orkes Sinten Remen.
Melalui Wiwitan, PSBK menandai langkah baru untuk menyelaraskan visi dan misi serta menempatkan fasilitas fisik sebagai kekuatan utama. Fasilitas fisik tersebut juga menjadi titik berangkat PSBK untuk menyusun dan mengimplementasikan program yang berdampak pada panggung seni budaya Indonesia.
Dukungan Pemerintah dan Swasta
Dalam upaya memaksimalkan konsep venue based art center, PSBK jelas tak bisa sendiri. Kolaborasi serta dukungan dari stakeholder menjadi hal penting agar PSBK tidak hanya berfungsi sebagai tempat seniman untuk berkarya, tetapi juga sebagai ruang edukasi bagi masyarakat umum. Berbagai program pelatihan, lokakarya (workshop), dan pameran seni akan diadakan secara berkala, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk belajar dan terlibat langsung dalam dunia seni.
Hal itu dimungkinkan dengan adanya sejumlah aset berupa fasilitas fisik bangunan yang dibangun sejak 1978. Sejak 2009, kompleks bangunan seluas 5.000 meter persegi tersebut diselaraskan oleh seniman-arsitek Eko Prawoto dalam desain pengembangan masterplan kawasan PSBK.
Dalam penyempurnaan masterplan kawasan secara bertahap itulah, PSBK mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, salah satunya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat (Kemen-PUPR).
Pada Mei-September 2024, Kementerian PUPR merevitalisasi kawasan PSBK yang terdiri pembangunan Pendopo Ratu Kidul dan Gedung Sanggit di sayap timur, perbaikan Gedung KuaEtnika dan Gedung Layang-Layang, penataan lanskap, dan perbaikan minor lainnya.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan melalui revitalisasi ini, PSBK kini memiliki pendopo dan gedung kesenian yang lebih representatif sehingga dapat mendukung lahirnya karya-karya seni yang semakin berkualitas. “Saya berharap bangunan ini dapat terus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat seni dalam waktu yang lama,” ujarnya.
Dukungan dari Kementerian PUPR ini menyempurnakan masterplan PSBK sebagai pusat pengetahuan (resource center) dengan menyediakan ruang penyimpanan dan pelayanan koleksi arsip dokumentasi, karya, dan pustaka yang lebih baik.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina PSBK, Butet Kartaredjasa mengatakan dukungan revitalisasi dari Kementerian PUPR ini merupakan bukti bahwa negara hadir di tengah masyarakat. Apalagi bangunan ini merupakan situs penting yang menjadi saksi perkembangan seni budaya Indonesia di era pasca-kemerdekaan.
Tidak sekedar bangunan fisik, menurut Butet, bangunan ini menjadi perwujudan nilai-nilai Bagong Kussudiardja yang terus dihidupi oleh generasi penerusnya. “Pencapaian artistik seorang seniman berhenti saat ia meninggal dunia. Tapi api semangatnya lah yang kita hidupi hingga hari ini,” ucap Butet yang merupakan anak kelima Bagong Kussudiardja tersebut.
Tidak hanya dari pemerintah, dukungan juga datang dari pihak swasta, salah satunya Bakti Budaya Djarum Foundation yang mendukung peningkatan kualitas program pertunjukan, pendokumentasian, dan pengarsipan melalui hibah sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang representatif, diharapkan akan berdampak positif pada proses kreatif seniman.
Fasad Khas Menjadi Logo Baru PSBK
Seiring dengan peresmian penataan kawasan, PSBK meluncurkan logo baru yang menonjolkan keunikan arsitektur fasad Gedung Layang-Layang karya arsitek Eko Prawoto. Kombinasi garis lengkung dan pola bata pada Gedung Layang-Layang mencerminkan perpaduan antara inovasi arsitektur modern dan keindahan arsitektur vernakular.
Desain logo baru menampilkan siluet Gedung Layang-Layang dengan susunan bata yang meliuk-liuk, memberikan kesan dinamis. Bentuk lengkungan pada logo juga menggambarkan gerbang yang terbuka.
Direktur Eksekutif PSBK Jeannie Park menjelaskan, “Logo baru ini merepresentasikan PSBK yang membuka diri menuju visi ke depan sebagai pusat seni berbasis tempat agar terus memaksimalkan peran untuk mengabdikan diri kepada masyarakat melalui seni.”
Comments