STARJOGJA.COM, JOGJA – Patologi memainkan peran kunci dalam menentukan jenis kanker melalui biopsi jaringan. Tak terkecuali dengan jenis kanker payudara.
Kanker payudara kini dikenal sebagai penyebab kematian kedua terbesar pada wanita dan sering dialami oleh wanita dengan rentang usia 55 hingga 59 tahun. Patologi memainkan peran kunci dalam menentukan jenis kanker melalui biopsi jaringan.
Dokter patologi juga akan memeriksa apakah kanker tersebut positif terhadap reseptor hormon (estrogen/progesteron) atau HER2. Pemeriksaan juga dilakukan untuk melihat apakah sel kanker berkembang cepat. Kondisi ini bisa dilihat dari Ki-67.
dr. Noviana Nugrohowati, Sp.PA dari Departemen Patologi Anatomik FK-KMK UGM/ RSA UGM menyampaikan Hasil ini sangat penting untuk memutuskan apakah kemoterapi diperlukan, atau apakah terapi hormon atau terapi target lebih tepat. Patologi anatomi bisa digunakan untuk mendiagnosis terdapat sel kanker pada tubuh seseorang.
Melalui prosedur biopsi, sampel jaringan yang diduga terkena kanker diambil dan diperiksa di bawah mikroskop. Dokter melihat apakah sel-sel pada organ tersebut masih normal atau sudah berubah menjadi sel kanker. Hampir semua jenis kanker bisa diidentifikasi melalui patologi anatomi, sehingga jika gejala awal muncul sebaiknya segera menemui dokter dan melakukan prosedur diagnosis yang disarankan.
dr. Sumadi Lukman Anwar, M.Sc., Ph.D., Sp.B (K) Onk dari Departemen Bedah FK-KMK UGM/ RSA UGM menyampaikan kasus kanker payudara kebanyakan ditemukan pada wanita berusia 55 tahun ke atas. Namun melalui deteksi dini, penyakit ini ditemukan pada usia 40 tahun. Ia menyebut Pengobatan kanker payudara sangat tergantung pada banyak faktor seperti stadium kanker, jenis kanker, dan kondisi pasien.
“Misalnya, pada kanker payudara stadium awal, terapi bisa berupa operasi saja atau dikombinasikan dengan terapi hormon atau radiasi, tanpa perlu kemoterapi,” terangnya.
Jika kanker payudara dapat diidentifikasi lebih dini dan hanya memerlukan operasi, apa yang menjadi pertimbangan utama dokter bedah untuk merekomendasikan operasi saja tanpa kemoterapi? Apakah stadium kanker juga berpengaruh?
dr. Sumadi mengatakan Pertimbangan utama adalah ukuran tumor, apakah sudah menyebar ke kelenjar getah bening, serta hasil pemeriksaan patologi seperti status reseptor hormon dan HER2. Jika tumor kecil, belum menyebar, dan hasilnya menunjukkan sensitivitas terhadap terapi hormon, operasi bisa cukup tanpa perlu kemoterapi.
“Terapi dari kami bergantung pada hasil patologi. Misalnya, jika patologi menunjukkan bahwa kanker itu HER2-positif atau triple-negative, ini sering berarti kanker lebih agresif dan kami mungkin akan merekomendasikan kemoterapi bersama operasi. Sebaliknya, jika hasilnya menunjukkan tumor reseptor hormon positif, terapi hormon pasca-operasi mungkin lebih cocok dibandingkan kemoterapi,” lanjutnya.
Lebih jauh ia menyampaikan apabila ada pasien yang hasil biopsinya menunjukkan penyebaran kanker ke kelenjar getah bening atau ke organ lainnya maka dokter akan merekomendasikan adanya kemoterapi.
“Penyebaran ke kelenjar getah bening memang sering menjadi salah satu indikasi kuat untuk kemoterapi, karena menunjukkan bahwa kanker mungkin telah menyebar lebih jauh. Namun, kami juga melihat faktor lain, termasuk kondisi kesehatan umum pasien, status reseptor hormon, dan hasil biomarker,” jelasnya.
Comments