STARJOGJA.COM, Jogja – Menunggu itu memang membosankan, terlebih saat di jalan. Harapan ingin cepat sampai tujuan sangat tinggi, namun “terhalang” oleh beberapa hal seperti menunggu lampu “Bangjo” (Abang Ijo orang Jogja nyebut rambu trafic di perempatan). Saat ini rambu trafic sudah dilengkapi dengan timer (kesel kalo timer mpe 120 detik) menuju rambu warna hijau, jadi kita tahu jika sebentar lagi kita akan bergerak melajukan kendaraan kita. Anehnya, saat tahu kapan kita akan bergerak, namun masih ada saja orang yang cuek terutama pengendara yang didepan. Karena paling depan jadi kalo tidak cepat bergerak maka akan menumpuk antrian kendaraan dibelakangnya. Ini kan dholim kan ya, saat tahu dan diberi kepercayaan pengendara di belakangnya dengan berada di depan atau memimpin tapi malah santai santai aja. Jelas dipastikan, setelah itu bunyi klakson yang jarang terdengar di Jogja saat ini mulai sering bunyi karena antrian panjang kendaraan. Huuft kesel kesel kesel (gaya manis manja).
Jika dicermati lagi, pengendara imam (karena berada di depan) ini menjadi biang kerok antrian panjang kendaraan di beberapa persimpangan. Setidaknya ada empat ketololan yang diliat langsung saat berada di persimpangan,
Pertama, Saat timer sudah mendekati angka 0 yang berarti menuju rambu warna hijau, para pengendara di depan ini dengan tololnya masih asyik bermain handphone. Kan bikin kesel kan ya, dibelakang siap cabut eh malah terhalang karena ada pengendara yang masih santai buka handphone. Anehnya dia juga ga sadar kalo ditunggu ratusan pengendara lain, membutuhkan waktu beberapa detik lagi untuk mematikan handphonenya atau menutup aplikasinya dan memasukan hape-nya ke kantongnya. Ditambah pengendara ini saat harus jalan, kendaraaanya malah mati, jadi nambah beberapa detik lagi untuk menunggu ketololannya kelar. Jelas, saat itu bunyi klakson motor dan mobil menggema seperti konser di pensi. Duh mak…tobat.
Kedua, Pengendara kedua ini juga sering ditemui saat di perempatan. Mengambil sisi jalur belok kiri terus agar ia bisa belok kanan dari tempatnya. Jadi dia berhenti di rambu jalur kiri itu agar bisa belok kanan atau lurus nantinya. Padahal yang belok kiri terus ini terhitung banyak dan lokasinya crowded banget. Sering terlihat di perempatan Jlagran dan Simpang Pingit sisi timur. Pengendara ini jadi sasaran tembak yang enak bagi pengendara yang akan belok kiri terus itu. Apalagi mendapati kendaraan khususnya mobil dengan plat dari luar kota. Klakson itu akan dipencet dengan maksimal, seolah pengendara lokal membuktikan ini daerahku, wilayahku (gaya film 300 This Is Spartan). Biasanya yang mencet klakson ini juga banyak tidak cuma satu tapi bisa lima lebih bahkan yang berada di jalur sisi kanan ikut ambil bagian seolah olah itu hiburan (biasanya mencet klakson sambil senyum). Pasti dalam hatinya ingin bilang MAMPUSS LO.
Ketiga, Pengendara ketiga ini juga masih cukup banyak dijumpai tapi populasinya tidak begitu banyak hanya moment tertentu saja. Pengendara ini biasanya berboncengan atau bergerombol. Seringnya habis acara sepakbola atau acara suporter olah raga lain, atau ada kegiatan sebuah partai, nah pengendara ini pasti muncul, membawa bendera lambang klub pujaannya atau partainya. Seperti membawa panji panji kebenaran melawan penjajah. Senjatanya, pertama bergerombol dengan warna pakaian serupa (buat polisi takut) dan menyetting knalpot dengan suara bising (ini tujuannya agar suporter lawan takut termasuk pak polisi). Seperti shock teraphy ke lawan tapi ya itu beraninya keroyokan. Coba deh, sekali sekali sendiri, bawa motor dengan knalpot berisik, kostum supoter keren, bawa bendera kecil teriak teriak dukung nama klubnya. Berani ga ya??? Kayaknya pengendara lain bakal bilang, Mas madang sik. Masih mending kalo yang bawa motor masih SMP atau SMA. Pengendara lain pasti bilang, Sekolah sing bener le le. Tuku rokok jek njaluk wong tuwo ae aneh aneh. Hmnnn…itulah bukti kalo bersama-sama dan bergerombol rasa malu milik bersama. Termasuk saat di perempatan itu, rasa tolol ditanggung bersama. Tepok jidat lah..
Keempat, biasanya terlihat kalo malam minggu. Ada pasangan yang sedang dimadu asmara berada di depan sendiri, tapi ga nyangka mereka ditunggu. Ya maklum lah saat berdua dunia serasa milik berdua, yang lainnya minjem. Pengendara sepasang kekasih ini seringnya telat menggerakkan motornya saat warna rambu berganti ke hijau. Biasanya mereka terlihat asyik ngobrol dan cekikan, senyum, bergurau, tertawa (ala Bollywood). Hmnn indah pokoknya, manis rasanya. Ga bayangin pas bergurau gitu, pacar aslinya tahu. Jebul nikung.
Pengendara ini biasanya jadi sasaran pengendara lain untuk segera memencet klakson berbunyi karena tidak ngeh kalo dia harus gerak. Ya, ini melambatkan pergerakan antrian panjang selama 3-4 detik. Tapi bagi pengendara yang berada di belakang 3-4 detik itu harapan. Ya harapan bisa melaluinya, karena jika berhasil maka itu selaksa rejeki nomplok. Bayangkan bagi pengendara di belakang, saat melihat warna rambu berganti hijau pasti langsung merapal doa agar bisa melewati perempatan itu. Sisi-sisi sempit antara kendaraan akan diambil dengan gesit demi mencapai tujuan. Setelah terlampaui rasanya pasti mak nyess.
Ya harapan, jadi bagi pengendara imam atau yang ada di depan ini untuk segera tobat dan jangan diulangi lagi. Karena anda menentukan massa dibelakang yang mungkin ingin bertemu dengan keluarganya, pasangannya, ibunya, tetangganya, anak yatim piatu, pembantu, tukang ledeng sampai teman arisan. Jadi saat anda berbuat baik dengan tidak melakukan hal tolol tadi akan menjadi amal ibadah anda. Siapa tau saat itu ada pengendara yang ingin bertemu dengan ibunya yang akan naik pesawat (kayak AADC). Jadi tolong sekali lagi pengendara yang melakukan hal tolol ini, tobatlah.
Comments