Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada mengembangkan benih melon yang bisa tumbuh di lahan kritis karst. Benih melon ini mereka beri nama Tacapa.
Peneliti melon UGM, Budi Setiadi Daryono mengatakan karyanya ini akhirnya mendapatkan pengakuan dari Menteri Pertanian melalui Direktur Jendral Holtikultura. Mereka mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Pemberian Tanda Daftar Varietas Tanaman Holtikultura untuk Melon Unggul Tacapa hasil penelitian Fakultas Biologi UGM.
“Akhirnya, melon Tacapa berserta benihnya sudah legal diperdangkan di Indonesia dan melon ini harus terus dikembangkan untuk memperkuat kedaulatan benih Indonesia. Diharapkan melon ini menjadi salah satu produk melon produk Indonesia yang unggul dengan daging buah hijau, sehingga dapat mengurangi ketergantungan benih import,” kata Budi.
“Melon ini dapat dibudidayakan menggunakan media tanam abu vulkanik. Jadi sangat cocok untuk DIY yang memiliki beberapa lokasi karst dan abu vulkanik,” tutur peneliti melon itu.
Dia menambahkan, ketahanan melon Tacapa khususnya terhadap jamur tepung dapat meminimalisasi penggunaan pestisida selama proses penanaman. Maka hal ini bisa memperkecil kemungkinan adanya residu pestisida dalam buah melon.
Biasanya, untuk mendapatkan hasil panen yang bagus tidak sedikit petani melon menggunakan pestisida untuk mencegah kerusakan atau pembusukan pada tanaman. Menurut Budi penggunaan pestisida pada komoditas pertanian yang berlebihan menimbulkan potensi bahaya bagi kesehatan petani dan konsumen.
Comments