STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Mimpi pemain sepak bola remaja Indonesia untuk tampil di Piala Dunia, harus terkubur lagi, setelah timnas U 16 dikalahkan Australia 2-3. Di balik kekalahan itu ada sebuah pesan yang tersampaikan kepada pengampu kebijakan persepakbolaan tanah air.
Mereka harus terus dibina agar tetap bisa tampil dalam sebuah tim yang bisa menghasilkan sebuah prestasi membanggakan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menitip pesan kepada para atlet tim nasional (timnas) sepakbola U-16 untuk mempertahankan kerja keras.
Sebab, ia mengamati dalam masa pubertas para atlet muda kerap performanya menurun setelah usianya menginjak usia 19 tahun. Menurut Presiden Jokowi, salah satu penyebab perfoma atlet muda yang menurun itu karena adanya perubahan gaya hidup.
Untuk itu, dirinya mengimbau bagi para atlet timnas U-16 jika memiliki pendapatan berlebih untuk ditabung. Presiden juga titip kepada Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi untuk betul betul dijaga, pelatih dan official agar tetap kompak untuk bisa ke tim senior nantinya.
Rasanya bukan basa basi bila pelatih Australia memprediksi masa depan timnas U 16 akan cemerlang dan layak tampil di Piala Dunia. Luis Milla, pelatih timnas senior, juga memberikan pendapat senada. Harapan besar masyarakat pada tim ini harus dijawab dengan langkah nyata dari PSSI dan juga kemenpora.
Bisa dipahami jika masayarakat demikian berharap akan penampilan mereka di kemudian hari. Mimpi masyarakat menginginkan sebuah timnas yang punya semangat dan kemampuan tinggi, sedikit terjawab di tim asuhan Fakhri Husaini ini. Di sinilah, peran pembinaan jadi kunci mewujudkan mimpi punya tim sepakbola yang mampu bersaing.
Namun masyarakat juga harus tahu soal Misi pembinaan sepak bola remaja bukan untuk mengincar juara, tapi menyiapkan bibit unggul agar pada waktunya kita punya timnas senior yang kuat. Timnas U 16 kemarin masih punya PR soal konsistensi permainan yang belum muncul. Inilah yang perlu diasah lebih keras lagi. Makanya tim ini diharapkan masih bersatu untuk berbagai turnamen sesuai usia mereka di tahun-tahun mendatang.
Potensi pemain hanya bisa diraih apabila pembinaan berjalan secara berkualitas. Hal ini dimulai dengan pendidikan pelatih. Masalahnya, di Indonesia banyak sekali pelatih merasa sudah pintar sehingga tidak merasa perlu mencari lisensi dan menambah pengetahuan dan skill melatih.
Umumnya, seseorang menjadi pelatih karena dulunya pernah menjadi pemain bola. Yang diandalkannya adalah cara-cara melatih yang pernah dialaminya dulu tanpa sadar bahwa zaman sudah berubah. Sport science telah berkembang.
Pengetahuan taktis dan pengertian akan metode tentang bagaimana cara melatih taktik secara efektif juga telah berkembang pesat. Alhasil latihan yang diterima pemain kita pada umumnya tidak cukup berkualitas untuk bisa bersaing dengan kebanyakan negara-negara lainnya.
Saya berharap Pelatih Fakhri tetap diberi kepercayaan oleh PSSI. Namun tanpa mengurangi penghargaan atas kontribusinya, Fakhri juga perlu menambah ilmu kepelatihannya. Ini artinya masih butuh kerja keras ke depannya untuk menjaga bara semangat dan penampilan remaja ini bisa tumbuh dan terjaga menjadi sebuah kekuatan tim yang luar bisa.
Masa depan yang cerah sudah menunggu mereka, bila mampu lebih berkembang lagi. Siapa tahu saat kelak mereka jadi skuad timnas U-19, mimpi menembus Piala Dunia bisa terwujud.
Comments