STARJOGJA.COM, Esai – Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola Polri pelan tapi pasti terus bekerja untuk membongkar kebusukan dunia sepakbola Indonesia. Satgas Antimafia Bola Polri terus membuka tabir betapa bobroknya tata kelola persepakbolaan Indonesia. Kerja Satgas Antimafia Bola Polri ini menunjukkan bahwa mafia ternyata telah lama bersemayam di tubuh persepakbolaan nasional, dari hulu hingga ke hilir.
Dukungan keberadaan satgas inipun muncul dari berbagai kalangan, tak terkecuali presiden yang meminta polri menuntaskan penyidikannya. Polri pun didukung mengambil langkah tegas kepada pelaku yang bermain mata untuk mengatur skor dan juga prestasi sepakbola tanah air.
Presiden pun berharap agar satgas Antimafia Bola Polri bisa mewujudkan sepakbola Indonesia yang bersih agar mereka yang juara ini pun bisa mengangkat tropi dengan dukungan prestasi yang sebenarnya. Bukan mereka juara karena bisa membayar dan mengatur pengatur jalannya laga yang berpihak kepada mereka demi kemenangan semu.
Baca Juga : Sepak Bola Indonesia Terjebak di Dunia Ironi
Publik pun makin disadarkan akan informasi yang dulu sering beredar jika sepakbola Indonesia itu sudah terkena kanker ganas. Para mafia telah leluasa mengatur dan memanipulasi persepakbolaan di Tanah Air bertahun tahun. Mereka sudah berpuluh-puluh tahun menjadikan permainan sepak bola nasional sebagai objek untuk mengeruk untung lewat permainan judi.
Wabah pengaturan pertandingan ini seakan menjadi penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Tidak hanya di level klub, tubuh induk organisasi sepak bola nasional yakni Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) juga tidak lepas dari penyakit yang mematikan sportivitas dan prestasi sepak bola kita. Klub bisa bermain mata dengan pengurus, komisi disiplin dan juga wasit.
Kini, pemimpin tertinggi PSSI terjerat kasus yang berkaitan dengan mafia sepak bola tersebut. Joko Driyono, Plt Ketua Umum PSSI, ditetapkan sebagai tersangka oleh Satgas Antimafia Bola karena diduga mencuri, menghilangkan, dan merusak barang bukti dalam kasus pengaturan pertandingan.
Dengan status Joko Driyono tersebut, akhirnya PSSI memutuskan untuk menggelar kongres luar biasa. KLB yang akan digelar ini memiliki dua agenda, yakni membentuk perangkat komite pemilihan (KP) dan komite banding pemilihan (KBP). Agenda kedua ialah penetapan tanggal kongres pemilihan kepengurusan baru.
Kita berharap KLB yang akan digelar merupakan sebuah bentuk reformasi total, bahkan kalau perlu revolusi PSSI. Jangan sampai KLB hanya mengganti ketua seperti sebelumnya, sedangkan para mafia masih nyaman menguasai persepakbolaan nasional. Percuma saja ada KLB kalau penyakit kronisnya tidak diangkat atau dimatikan.
PSSI ke depan harus bersih dari pihak-pihak yang sudah bercokol lama karena stempel ‘gagal’ telah terpatri dalam kinerja mereka. PSSI haruslah dijalankan sosok yang benar-benar baru, segar, dan lepas dari lingkaran mafia sepak bola yang selama ini menjadikan PSSI sebagai lahan untuk suap-menyuap ataupun mencari keuntungan.
Sederetan nama yang diharapkan bisa jadi pemimpin PSSI harus didukung dengan pengurus baru yang profesional dan cinta pada bola. Terlalu lama publik disuguhi sepakbola yang minim prestasi.Mimpi berbicara di level asia tenggara pun masih jauh dari jangkauan. Benahi dulu di dalam negeri agar kita bisa fokus meraih prestasi
Comments