STARJOGJA.COM, Yogyakarta – Tradisi menerbangkan balon udara masih dipegang beberapa masyarakat saat ini. Namun tradisi ini membahayakan bagi penerbangan di Indonesia. General Manager AirNav Indonesia Cabang Yogyakarta, Nono Sunariyadi mengatakan mengantisipasi tradisi menerbangkan balon udara itu pihaknya membuat Festival Balon Udara 2019.
“Airnav bikin festival nanti dinilai mana balon terbaik paling lama nanti ada hadiahnya. Hadiahnya menarik,” katanya kepda starjogja.com Selasa (21/5/2019).
Nono mengatakan Festival Balon Udara 2019 itu menjadi cara agar tradisi menerbangkan balon udara tetap berjalan namun tidak membahayakan bagi penerbangan. Festival ini baru digelar di dua lokasi berbeda.
Baca Juga : Balon Udara di Piyungan dan Maguwoharjo Disita
“Nanti saat 9 Juni kita selenggarakan Festival Balon Udara di Wonosobo lalu tanggal 12 juni di Pekalongan,” katanya.
Nono mengatakan dua lokasi itu menjadi perhatian utama Airnav karena masih menghidupkan tradisi menerbangkan balon udara. Hasilnya tahun 2017-2018 banyak laporan pilot soal balon udara di ketinggian 24 ribu sampai 30 ribu.
“Ini sangat tinggi untuk lalu lintas penerbangan bisa dibayangkan sampai balon udara berdiameter 7 meter itu kesedot pesawat itu berapa penumpang lalu jatuh ke pemukiman itu seperti apa coba,” katanya.
Terlebih balon udara tradisi dari masyarakat itu berdiameter 7 meter dan dilpeas di udara. Sementara di festival balon udara nanti balon udara tidak boleh dilepaskan.
“Bukan tidak boleh tetapi ada ketentuannya ditambatkan atau dikaitkan masimum tinggi terbang 150 meter masksudnya tinggi balon 7 meter diameter 4 meter,” katanya.
Pihakny juga sudah melakukan sosialisasi terhadap bahaya balon udara bagi penerbangan ke masyarakat.
“Airnav sudah menyusun program mulai hari ini sudah melakukan sosilisasi di pekaloingan maupun Wonosobo di Kec Kretek di Kalijaga di Pekalongan Utara, Selatan Barat dan Timur itu sosialisasikan,” katanya.
Comments