STARJOGJA.COM, Info – Melihat gerhana matahari cincin secara langsung dengan mata telanjang bisa berdampak pada gangguan alat indera kita. Gunakan alat yang ada, atau bila terpaksa bisa juga menggunakan alat darurat.
Peneliti Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB), Evan Irawan Akbar, Kamis (265/12/2019), turut mengimbau agar warga tidak melihat gerhana matahari cincin dalam kondisi mata telanjang. Hal itu, ujar Evan, bisa menyebabkan gangguan pada penglihatan.
“Saat gerhana bulan menutup dan cahaya berkurang, maka otomatis lubang mata kita terbuka lebih besar dan cahaya masuk semakin banyak. Itu sangat berbahaya,” ucapnya.
Bila tak memiliki alat memadai seperti teleskop, alat darurat pun bisa digunakan untuk melihat gerhana matahari cincin.
Baca juga : Gerhana Matahari Cincin Langka Terulang 12 Tahun
“Kalau di rumah tak ada peralatan itu, warga bisa menggunakan saringan santan atau kertas yang dilubangi dengan jarum,” ujar Evan.
Hari ini terjadi Gerhana Matahari Cincin yang bisa dilihat di wilayah Indonesia. Gerhana Matahari Cincin baru bisa kembali dilihat di Indonesia pada 12 tahun mendatang.
Khusus di Tanjung Pinang, gerhana matahari terjadi pada pukul 10.29 WIB sampai 14.30 WIB. Puncak cincin terjadi pada pukul 12.24 WIB sampai 12.28 WIB.
Evan menyatakan Kota Tanjung Pinang, Kepri menjadi tempat terbaik untuk mengamati gerhana matahari cincin pada Kamis (26/12).
Evan memberi alasan, saat ini kondisi bulan sedang berada tepat di atas langit Tanjungpinang, sehingga bayangan gerhana matahari cincin tampak jelas di daerah itu.
“Meskipun bayangannya kecil sekali,” kata Evan di lokasi pengamatan gerhana matahari cincin di Gedung Gonggong, Tanjung Pinang, Kamis.
Evan mengatakan bahwa jalur gerhana matahari cincin ini dimulai dari India, Aceh, Padang, Batam, Tanjung Pinang, Kalimantan Utara, Tanjungpelor kemudian Samudra Pasifik.
Pihaknya sudah menyediakan alat teleskop, teropong bintang yang dipasang filter khusus matahari, dan kacamata matahari bagi warga yang ingin mengamati fenomena langka itu di halaman Gedung Gonggong.
Pantauan di lapangan ratusan warga setempat tampak antusias ingin menyaksikan gerhana matahari menggunakan peralatan yang ada. Apalagi fenomena ini terakhir kali di Tanjungpinang sekitar 135 tahun yang lalu.
“Makanya sayang kalau dilewatkan, apalagi peralatan yang ada sangat memadai untuk melakukan pengamatan,” kata Adi, seorang warga Tanjungpinang.
Gerhana Matahari
Sumber : Antara
Comments