STARJOGJA.COM, Info – Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama atau PCNU Kota Jogja tidak masalah adanya penolakan dari Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kota Jogja terkait rencana pengajian akbar peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-94 NU di Masjid Gede Kauman, Kota Jogja, Jumat (5/3/2020) nanti. Ketua PCNU Kota Jogja M Yazid Affandi mengatakan PCNU Jogja santai dengan penolakan itu, sebab, pihaknya menggelar acara di Masjid Gede Kauman karena memiliki niat ingin bersilaturahmi dengan Muhammadiyah.
“Ke PDPM sudah kami agendakan tapi terdahului dengan viralnya penolakan, belum ada pertemuan, sudah didahului viral itu kami murni silaturahmi. Kami tidak ada niat selain itu,” katanya kepada Starjogja.com Senin (2/3/2020).
Yazid berharap Muhamadiyah ini juga datang dan menikmati sajian budaya bersama melalui dahar kembul. Pihaknya sudah menyiapkan dahar kembul ini sejak lama sebagai simbol persatuan umat.
Baca Juga : Pengajian Akbar NU di Masjid Gedhe Ditolak, Kenapa?
“Kami ingin menunjukkan kebersatuan nanti kami ingin dahar kembul. Itu masjid kraton, acara kami acara kegamaan ada sisi kultural ada makan ingkung itu kraton sebagai simbol budaya. dan tepat kami ada dahar kembul ini simbol persatuan semua elemen. Tidak ada pikiran lain kita adakan selain silaturahmi,” katanya.
Yazid mengaku tidak masalah dengan penolakan tersebut. Pihaknya menanggapi santai adanya penolakan tersebut dan tidak ingin memperbesarnya.
“Kami anggap sebagai sesuatu hal yang biasa-biasa saja, kami tidak suudzon macem macem, tidak, faktanya begitulah masyarakat kita,” katanya.
Yazid mengatakan NU merupakan organisasi yang memiliki nilai sangat baik untuk Indonesia, yaitu menghargai sistem sosial, mengharmoniskan agama, dan menerima Pancasila. Menurutnya masyarakat Indonesia yang sudah damai ini jangan terusik dengan perbedaan.
“Insyaallah kami memberikan kemaslahatan. Kegiatan disitu salah satu bagian kami niat baik kami. Kami Harlah kemarin tidak jauh dari kraton di Siti Hinggil itu tidak apa-apa, tidak terjadi apa,” katanya.
Menurutnya, pihaknya kini tengah napak tilas tentang kraton sebagai simbol budaya dengan poros Islam. Hal itu terlihat dari masjid kraton Jogja.
“Kami ingin napak tilasnya disitu. Tidak lebih dari situ, kalo dipahami di medsos itu macem-macem kami tertawa saja. Fenomena kita seperti itu ya biasa saja,” katanya.
Ia mengatakan melihat adanya penolakan dan potensi konflik dari kegiatan itu maka pihaknya memilih yang terbaik. Yaitu memindahkan acara ke UNU Jogja dengan tetap memberikan tempat bagi Muhamadiyah di tempat itu.
“Lebih baik kami tidak memaksakan diri di situ kalo ada potensi mafsadah yang mungkin muncul. Pindah ke UNU acaranya tetap, kita ingkungan, ngaji, kita undang elemen masyarakat lain, kita berikan slot ucapkan harlah. Kami tidak mengangap ini melukai kami. Ini biasa biasa saja,” katanya.
Comments