STARJOGJA.COM. HEALTH – Berita seputar penyebaran virus corona di seluruh dunia sempat membuat ramuan tradisional empon-empon viral di media sosial. WNI di AS pun Berebut Temulawak dan Borong Minuman Jahe Instan
Terkait dengan penyebaran virus corona, khususnya di negara bagian Maryland, AS, Linda Campbell, pemilik Indonesian and Asian Grocery Store yang menjual bahan makanan Indonesia dan Asia di Deerwood, Maryland ikut merasakan dampaknya. WNI di AS pun Berebut Temulawak
“Dari (dampak) ekonomi ya, otomatis orang-orang belanjanya kelihatan lebih banyak dari biasanya, tapi enggak seperti yang saya lihat di Indonesia, sampai borong-borong,” ujar Linda Campbell kepada VOA baru-baru ini.
Berkenalan dengan Ane Sunjaya, “Mbok Jamu” di Amerika
“Betul saya mbok jamu yang terkenal di DC area,” kata Ane Sunjaya sambil bercanda saat dihubungi oleh VOA belum lama ini.
Ane dan keluarga memang rutin mengonsumsi jamu.
“Alhamdulillah, kalau untuk masalah sakit-sakit ya, maksudnya itu kan pasti kalau sakit siapa yang tahu ya, tapi untuk pencegahan itu sangat bagus banget,” katanya.
Menanggapi fenomena empon-empon yang tengah naik daun, Ane mengatakan hal itu tidak asing bagi peminum jamu seperti dirinya.
“Empon-empon itu sebenarnya herbs, herbal yang dipakai untuk meningkatkan metabolisme tubuh, kayak jahe, kunyit, temulawak, kencur, itu sebenarnya termasuk dalam empon-empon.”
Ane yang tinggal di negara bagian Maryland sudah berjualan jamu di Amerika Serikat sejak tahun 2012. Berawal dari keinginannya untuk meningkatkan kebugaran setelah melahirkan, ia pun teringat akan kebiasaan minum jamu keluarganya saat masih tinggal di Indonesia.
Namun, karena dulu sulit menemukan minuman jamu di Amerika, akhirnya Ane memutuskan untuk membuatnya sendiri, dengan membeli bahan bakunya di supermarket yang menjual rempah-rempah dari berbagai negara.
“Pertamanya dulu bikin kunyit asem,” katanya.
“Walaupun agak susah tapi kunyit lumayan gampang dicari ya, jadi itu pertamanya,” tambahnya.
Dari situ lalu ia memperkenalkan minuman jamu produksinya ke teman-teman sampai akhirnya banyak menerima pesanan, mulai dari jamu kunyit asam, jamu kunyit sirih, jamu beras kencur, dan jamu temulawak.
“Karena orang di Indonesia pun temulawak belum terlalu banyak orang yang minum ya, karena kan pahit ya. Jadi kalau temulawak itu pre order nya benar-benar orangnya itu-itu juga,” jelasnya.
Setiap minggunya, Ane memproduksi sekitar 125 botol jamu kunyi asam, 125 botol jamu kunyit sirih, sekitar 50-75 botol jamu beras kencur, dan 20 botol jamu temulawak, dengan harga 5-6 USD atau setara dengan 74-89 ribu rupiah per botol dengan ukuran 120ml.
“Untuk beras kencur dan temulawak itu 6 dolar, karena bahannya lebih jelimet ya,” kata Ane.
Menurut Ane sulit untuk menemukan kencur di Amerika.
“Itu sebelum ada corona virus pun udah susah kencurnya. Jadi nyarinya itu benar-benar harus dengan tidak nama kencur, karena nggak ada nama kencur di sini kan,” jelasnya.
Dengan adanya perebakan wabah corona di Amerika, Ane pun mengakui adanya peningkatan dalam penjualan jamunya.
“Ada beberapa yang sebenarnya aku belum produksi, mereka udah nanya gitu, ‘Mbak kapan lagi?’ gitu. Jadi kalau untuk orang Indonesia ya peningkatan penjualan jamu sedikit lebih naik. Kalau untuk orang-orang bulenya, mereka lebih tertarik untuk nanya dulu, terus nyobain sedikit. Lebih curious,” jelasnya.
Ia pun melayani banyak pertanyaan dari orang-orang yang baru ingin mulai minum jamu atau konsultasi mengenai minuman jamu apa yang cocok untuk mereka.
“Sebelum ada virus corona ini mereka pasti selalu akan nanya, ‘Kunyit asam gunanya untuk apa ya mbak?’, ‘Apa bedanya dengan kunyit sirih?’ Karena kan sama-sama kuning,” jelasnya.
Bagi yang baru mulai minum jamu, biasanya Ane menyarankan untuk mengonsumsi jamu kunyit asam, karena manis dan segar. Baru setelah itu ia menganjurkan untuk mencoba jamu temulawak, yang walaupun rasanya pahit, menurutnya “paling manjur” untuk meningkatkan daya tubuh.
“Kalau misalnya bisa, nanti kunyi asam ditambah dengan temulawak. Itu bagus banget. Kalau sudah bisa lepas, sudah biasa, temulawak full itu lebih mantap lagi.”
SUMBER : VOA Indonesia
Comments