STARJOGJA.COM, FLASH INFO – Peneliti dari ITB menyebut puncak wabah virus corona di Indonesia bisa lebih awal terjadi setelah Indonesia mendatangkan sebanyak 20 alat Polymerase Chain Reaction (PCR).
Hal itu disampaikan oleh Nuning Nuriani, ketua Pusat Permodelan Matematika dan Simulasi ITB, yang memprediksi bahwa dengan jumlah tes sebanyak itu, wabah Covid-19 di Indonesia bisa mencapai puncak penyebaran pada akhir April atau awal Mei.
“Jika [Pembatasan Sosial Berskala Besar] dimulai 12 April, terus hanya 10% orang yang bergerak, terus pada saat periode infeksi ini PCR dan isolasinya dijalankan dengan baik, itu sebenarnya yang sangat diharapkan. Jadi puncak kasus aktifnya bisa turun lebih cepat, jumlah kematiannya juga lebih sedikit,” kata Nuning, tulis BBC News Indonesia, Kamis (9/4).
Baca juga : Kenapa Makna Hidup Muncul dalam Penelitian Medis
Namun target 300.000 tes per bulan mungkin tidak bisa segera tercapai, kata Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bidang Penelitian Fundamental Herawati Sudoyo. Ia menjelaskan perlu waktu untuk meningkatkan fasilitas laboratorium dan melatih SDM di tingkat provinsi.
Masih menurut BBC News Indonesia, Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, mengatakan, mesin-mesin dari Swiss itu diklaim mampu menguji total 9.000 hingga 10.000 spesimen setiap hari; dan pemerintah menargetkan 300.000 tes dalam sebulan.
“Dengan alat ini kita harapkan Indonesia semakin bisa mendata berapa banyak orang yang terkena [virus] corona, sehingga antisipasi kita untuk menghadapi [virus] corona akan semakin baik,” ujar Arya.
Pemerintah Indonesia selama ini dikritik karena kurangnya jumlah tes. Per Rabu (08/04), Indonesia telah mengetes 14.571 spesimen, menurut data Kementerian Kesehatan. Namun angka tersebut dianggap kecil dibandingkan populasi Indonesia yang lebih dari 200 juta jiwa.
Dibandingkan negara-negara lain, Indonesia termasuk negara dengan jumlah tes coronavirus terendah di dunia – hanya 52 tes per satu juta orang, menurut Worldometer.
Sumber ; BBC News Indonesia
Comments