STARJOGJA.COM, Info – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengajak masyarakat Jogja untuk meneladani ajaran Sultan Agung untuk mengasah akal budi. Ajaran tersebut terangkum dalam kalimat “Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi”. Ngarsa Dalem, panggilan Sultan Jogja ini, menyampaikan hal tersebut dalam program Sultan Menyapa di Instagram @humasjogja.
Melalui rilis yang diterima Starjogja.com dari Humas DIY, Sultan menjelaskan bahwa “Mangasah Mingising Budi, dan Memasuh Malaning bumi” sejatinya adalah dwitunggal-relasional, yang menggambarkan keterkaitan antara kesejahteraan, ilmu pengetahuan sekaligus upaya menghargai alam serta lingkungan sekitar.
“Dalam kehidupannya, manusia tentu menginginkan kesejahteraan dan kesentosaan hidup, seperti yang tercermin dalam sesanti “Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentrem Karta Raharja,” kata Sultan di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Selasa (14/4/2020).
Menurut Sultan, sebuah kesejahteraan hakiki, akan dapat diraih oleh manusia apabila mampu melewati segala coba dari Yang Maha Kuasa. Seperti halnya saat ini, ketika wabah virus Corona menjadi ujian bersama bagi manusia di seluruh dunia.
“Dapat dianggap sebagai sebuah pagebluk, disinilah konsep Mangasah Mingising Budi dan Memasuh Malaking Bumi benar-benar dapat menjadi obat jiwa dan hati dalam menghadapi pagebluk Virus Corona ini,” lanjut Sultan.
Di dunia memang banyak para cerdik pandai, dan beberapa berupaya mencapai tataran Mangasah Mingising Budi. Mangasah Mingising Bumi mensyaratkan sebuah pitutur atau nasihat, bahwa setinggi apapun ilmu tak akan bermanfaat apabila bila tidak diamalkan. Ilmu harus diberikan sentuhan rasa, agar menjadi dwitunggal ideal ilmu dan ngelmu.
“Ngelmu adalah konsep bagaimana ilmu diamalkan, diterapkan dan pada akhirnya berguna bagi masyarakat di sekitarnya. Implementasi ngelmu akan menjadikan manusia eling lan waspodo, menjadi lebih peka terhadap lingkungannya, baik kepada sesama manusia atau alam sekitarnya,” tutur Sultan.
Konsep dwitunggal ilmu dan ngelmu inilah yang akan membawa manusia pada suasana guyub rukun, sebagai pengingat akan pentingnya tradisi gotong-royong sebagai pengejawantahan filosofi rukun agawe santosa, crah agawe bubrah. Sekali lagi, virus Corona ini sejatinya adalah cobaan, yang akan menguji tingkat kesabaran, keselarasan akal dan pikiran, pun kepekaan hati manusia sebagai mahluk sosial.
Dengan bekal gotong royong, sabar lan narimo, dan guyub rukun, manusia dapat menempuh segala coba, melalui berbagai fase yang memang haruslah dilalui. Saat inilah kita harus melakukan instrospeksi atas apa yang terjadi.
Sultan mengatakan bahwa wabah Corona memang masih menjadi ancaman bagi seluruh penduduk bumi. “Tapi percayalah, Tuhan tidak akan pernah memberikan coba yang tidak bisa dilalui oleh mahluk-Nya. Caranya adalah dengan memperkuat kembali konsep “Manunggaling Kawula lan Gusti”,” kata Sultan.
Inilah saatnya pemerintah dan masyarakat bergotong-royong, memutus habis mata rantai wabah Corona. Seluruh elemen harus bersatu padu, saiyeg saeka praya, satu kata dan satu perbuatan, dalam menyehatkan manusia dan bumi seisinya. Saling percaya dengan rasa tulus, kerjasama, memberi tanpa ada tendensi, dan menghilangkan ego pribadi adalah modal mengembalikan kesejahteraan yang terenggut oleh Virus Corona ini.
Jadilah manusia yang berbekal cahaya atau nur, dimana manusia akan bermanfaat bagi orang lain. Lakukan perbuatan baik, walau sekecil apapun, selaras dengan filosofi “Urip Iku Urup”. “Mari bersama-sama mencapai tataran hidup Hamemayu Hayuning Bawana, melalui laku Ambrasta dur Hangkara, melalui titian batin Mangasah Mingising Budi, dan Memasuh Malaning Bumi,” tutup Sultan. *
Sumber : Instagram
Comments