STARJOGJA.COM, Info – Beberapa tahun belakangan ini industri perkopian di Indonesia sedang meningkat pesat, Yogyakarta sendiri merupakan satu diantara banyak kota lainnya di Indonesia yang memiliki banyak coffee shop di setiap penjuru jalannya. Jika kita menuju ke arah keraton melalui rute Sentul, maka di pertengahan jalan kita akan menemukan satu SPBU Sentul yang berdekatan dengan Lapas dan tidak jauh dapat menemukan kedai kopi Hidden Gems Coffee Shop yang bernama Gayo Ngopi.
Agam Zafin seorang mahasiswa S2 UGM lah yang menjadi orang dibalik layar berdirinya gayo ngopi ini, ia membuat gayo ngopi ini pada tanggal 25 januari 2015 silam. Coffee Shop yang berdiri tepat di depan asrama mahasiswa Aceh ini awalnya hanya menjadi wacana Agam Zafin sendiri yang sedang mempersiapkan studi S2 nya.
Ia mengaku setelah tamat S1 sempat pulang ke kampung di Lhokseumawe namun ia bersikeras untuk mendapatkan beasiswa keluar negri, maka dari itu kembali ke Yogyakarta untuk mengambil les bahasa Inggris di salah satu kampus di Yogyakarta.
Baca juga : Kopi Arabika Gayo Ditolak Pasar Eropa, Kenapa ?
” Tapi aku mikir kalau cuma les doang takutnya cuma ngehabisin duit orang tua saja, yaudah aku mikir tuh usaha apa ya yang cocok sampe aku nanya ke abang dan kakak ku di kampung, ” kata Agam Zafin.
Bak gayung bersambut ia mendapat sokongan modal dari abang ipar yang juga memiliki kebun kopi gayo kecil di daerah Takengon.
” Abangku bilang buka kopi aja, sekalian memperkenalkan kopi gayo ke tanah Jawa ,” katanya sembari menyeruput kopi yang ada di depannya.
Ia bercerita pada tahun 2015 saat itu belum banyak coffee shop yang buka di Yogyakarta dan kopi Gayo belum menjadi boomimg seperti saat ini, mulai dari saat itu fokus warungnya tak pernah berubah dengan mengandalkan satu biji kopi yaitu Gayo.
Ia mengaku dalam waktu dekat ini ia belum memikirkan untuk mencari biji kopi di daerah lain meskipun tidak menutup kemungkinan itu.
” Aku berani bilang pada masa itu aku satu-satunya warung kopi yang memakai satu biji kopi dan itu biji kopi Gayo ,” ujar Agam secara lantang.
Demi melanjutkan misi memperkenalkan Gayo ini di tanah Jawa, Agam rela untuk membuang keinginannya untuk mencari beasiswa ke luar negri namun tetap menghabiskan studi les bahasa Inggrisnya agar uang yang sudah dikeluarkan tidak terbuang sia-sia.
Terlepas dari misi memperkenalkan kopi Gayo ia juga tak lupa menambahkan unsur yang sudah melekat lama pada kota yogyakarta pada konsep warung kopinya yaitu konsep angkringan di trotoar jalanan.
“Kalau pakai konsep ini juga murah kan cuma modal gerobak dan alat-alat kopi, nah terus aku juga mau yang ada unsur Jogja nya gitu yaudah ku pakai aja konsep angkringan ini,” kata Agam.
Agam juga mengutarakan adanya sedikit kendala yang dialaminya sedari 2018 dan ditambah pandemi saat ini. Es kopi susu yang saat ini merajalela di kalangan coffee shop modern saat ini perlahan membuat konsep manual brew yang dipegang Agam selama ini sedikit terlupakan.
Pandemi COVID-19 juga sedikit mempengaruhi perjalanan berkembangnya Gayo ngopi ini, daerah Wirobrajan merupakan tempat lahirnya Gayo ngopi 2 yang kemudian harus diberhentikan sementara akibat badai panjang virus Corona yang masih merebak di Indonesia khususnya Yogyakarta.
” Beberapa perombakan lah ku lakukan dikarenakan beberapa aspek yang kurang mendukung, seperti dulunya ada makanan khas Aceh ku sediakan terus ku berhentikan karena yang masak pulang kampung. Eh sekarang malah ditambah COVID-19, Ya sudahlah namanya juga cobaan ,” cerita Agam sembari tertawa kecil.
Agam tidak akan berpatah semangat setelah apa yang dialaminya beberapa tahun ini, malahan ia sudah memiliki rencana apa saja yang akan dibuatnya untuk beberapa tahun mendatang.
Penulis : Muhammad Hadi Fathoni
Comments