STARJOGJA.COM, Info – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman juga mengantisipasi adanya ancaman bahaya letusan Gunung Merapi ke sisi barat. BPBD Sleman sudah melakukan mitigasi di dua kecamatan yakni Pakem dan Turi dengan potensi ancaman luncuran material Gunung Merapi ke sisi barat.
Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Sleman Joko Lelono mengatakan sosialisasi yang diberikan kepada warga di dua kecamatan yakni Pakem dan Turi bukan tanpa alasan. Berdasarkan catatan BPBD Kabupaten Sleman, beberapa kali guguran material Gunung Merapi juga mengarah ke sisi barat.
“Beberapa kali juga guguran ke arah barat dan jaraknya cukup jauh sampai tiga kilometer. Jika dibandingkan dengan sisi timur, sisi barat memang berbeda. Kalau di wilayah barat, kemiringan lerengnya itu terjal sekali,” ujar Joko pada Rabu (2/12/2020).
Baca juga : Gunung Merapi Mendekati ke Arah Erupsi
Oleh karena itu, BPDB Kabupaten Sleman melalui jaringan desa tangguh bencana (Destana) mulai menyosialisasikan ancaman bahaya Gunung Merapi ke masyarakat yang berada di sisi barat lereng Gunung Merapi.
“Kalau ada luncuran material, walaupun sedikit juga sampai ke bawah. Nah, dari atas sampai ke bawah di tekuk lereng berikutnya paling tidak ya sekitar tiga sampai lima kilometer. Makanya, sosialisasi yang dilakukan BPDB kepada desa tangguh bencana yang sudah kita bina untuk segera mempersiapkan ancaman bahaya tersebut,” terang Joko.
Joko mengakui jika selama ini pihaknya memang tidak terlalu memperhitungkan dampak luncuran material Gunung Merapi jika sewaktu-waktu erupsi yang kemudian menyasar wilayah barat. Dampak erupsi Gunung Merapi seperti abu vulkanik bahkan saat ini menjadi pertimbangan bagi BPBD dan Destana dalam menentukan langkah antisipasi.
“Selama ini kita tidak memperhitungkan dampak yang menyasar ke wilayah barat. Kita memberikan masukan ke Destana. Contohnya, waktu Kelud itu kita juga menetapkan darurat. Ibaratnya, kalau Merapi yang meletus, di wilayah barat paling tidak kena abu vulkanik. Nah, apa yang harus dipersiapkan, selama ini kita tidak pernah memperhitungkan itu,” sambung Joko.
Masyarakat di wilayah kecamatan Pakem dan Turi diajak berdiskusi tentang ancaman Gunung Merapi, walaupun ancaman yang ada baru sebatas abu vulkanik. Warga melalui Destana beserta BPBD Sleman, lanjut Joko, diajak duduk satu meja untuk menentukan langkah antisipasi dari ancaman bencana Gunung Merapi.
“Sewaktu di Turi misalnya, kita sampaikan bahwa kemungkinan ancaman Merapi di wilayah barat adalah abu. Nah, kita harus berbuat apa dengan dampak wilayah yang hanya terkena abu vulkanik? kayaknya belum terpikirkan. Nah teman teman Destana kami ajak mikir sampai ke situ,” sambung Joko.
Sementara ini, masyarakat di wilayah sisi barat lereng Gunung Merapi yang sudah diberikan sosialisasi oleh BPBD Kabupaten Sleman terkait dengan ancaman Gunung Merapi diantaranya ada di tiga desa, diantaranya Girikerto dan Wonokerto yang masuk dalam kecamatan Turi. Kemudian, desa Purwobinangun yang masuk dalam kecamatan Pakem.
“Kalau di desa kami sudah menyasar Girikerto Wonokerto sama Purwobinangun. Kalau di dusun itu Tunggularum masuk Wonokerto Girikerto itu Tritis sama Ngandong terus Purwobinangun itu Turgo sampai Ngepring. Kecamatan dua yakni Turi dan Pakem,” ungkap Joko.
Terkait dengan kesiapan barak, Joko mengatakan jika pihaknya telah menyiapkan 12 barak pengungsian bagi warga lereng Merapi yang masuk dalam kategori bahaya seperti yang direkomendasikan saat ini oleh BPPTKG, yakni Dusun Kalitengah Lor, Dusun Kaliadem, dan Dusun Palemsari.
“12 barak itu diantaranya barak Gayam, Kiaran, Brayut, Plosokerep, Girikerto, Purwobinangun, Pondokrejo, Umbulmartani, dan Tirtomartani, PNPM di dekat balai desa Glagaharjo, dan Koripan, dan Pandanpuro. Barak yang dikelola oleh BPBD itu lebih dari 10 kilometer dari puncak Gunung Merapi,” ungkap Joko.
Sementara itu, Camat Pakem Suyanto mengatakan jika pihaknya juga tidak menutup mata terhadap ancaman potensi bahaya Gunung Merapi yang nantinya akan menyasar wilayah Kecamatan Pakem.
“Kami telah mengaktifkan posko siaga merapi baik di unit opersional atau di Kapanewon dan unit pelaksana penanggulangan bencana di tingkat kalurahan,” ujar Suyanto.
Suyanto mengklaim jika pihaknya juga selalu memantau perkembangan Gunung Merapi melalui sejumlah akses, misalnya via channel live YouTube Gunung Merapi dan laporan harian yang diterbitkan oleh BPPTKG melalui media sosial mereka seperti Twitter.
“Kami juga selalu berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Sleman. Berkoordinasi dengan relawan di lingkup Kecamatan Pakem. Kemudian, koordinasi dengan BPBD Kabupaten Sleman berkaitan dengan penyiapan barak pengungsian di Purwobinangun dan Hargobinangun,” terang Suyanto.
Kecamatan Pakem menyiapkan empat barak pengungsian bagi warganya jika upaya evakuasi harus dilakukan guna menghindari potensi bahaya Gunung Merapi yang saat ini menyandang status siaga level tiga.
“Kami menyiapkan barak di Purwobinangun sebanyak dua barak. Sedangkan, di Hargobinangun ada satu barak, dan satu barak di Candibinangun. Tak hanya itu, koordinasi dengan BPBD DIY untuk penyiapan barak di Candibinangun juga kami lakukan. Koordinasi dengan semua Kepala Sekolah dan kepala instansi vertikal di wilayah Pakem untuk penyiapan tempat pengungsian baik untuk pengungsian warga dan hewan ternak,” pungkasnya.
Sumber : Harianjogja
Comments