STARJOGJA.COM, Info – Daerah Istimewa Yogyakarta masih banyak anak-anak yang mengalami permasalahan sosial, seperti berhadapan dengan hukum sejumlah 222 kasus, belum termasuk yang tak terdata. Anak jalanan, korban tindak kekerasan, terlantar, dan disabilitas, sekitar 2000 lebih kasus. Dinas Sosial DIY, Suparmin mengatakan, agar anak-anak bisa bertumbuh kembang dengan baik sesuai dengan usianya, dibutuhkan lingkungan yang baik pula tentunya. Namun, ini bukan hanya menjadi tanggung jawab keluarga, pemerintah, lembaga terkait, tetapi tanggung jawab bersama.
Sehubungan dengan adanya momentum peringatan Hari Anak Nasional, sudah seharusnya hari ini diperingati dengan tujuan untuk menggugah dan mengingat hak- hak anak, apa yang dibutuhkan, bagaimana cara pemenuhannya, dan upaya-upayamengoptimalkan tumbuh kembang anak, karena anak merupakan masa depan bangsa. Jangan sampai nanti anak-anak terjerumus pada permasalahan-permasalahan yang seharusnya tidak dialami.
Ketiga, hak untuk tumbuh kembang sesuai dengan usianya, jangan sampai anak-anak yang masih kecil sudah mendapatkan pendidikan yang tidak seharusnya. Terakhir, hak untuk berpartisipasi, jangan sampai anak itu hanya menjadi objek, tetapi anak harus menjadi subjek dari dirinya sendiri untuk bisa tumbuh lebih baik, secara mental, sosialnya, fisik, dan lain sebagainya.
Ketua 1 Yayasan Lembaga Perlindungan Anak DIY, Dr. Indria Laksmi Gamayanti mengatakan, anak juga biasanya menjadi korban situasi, sehingga anak menjadi bermasalah.
Ketiga, Balai Perlindungan dan Rehabilitas Wanita untuk anak-anak yang menjadi korban tindak kekerasaan, sampai hamil dan sebagainya. Di sana, korban diberikan perlindungan agar tetap bisa membangun kehidupannya secara lebih baik. BPRSW juga mempunyai inovasi baru bernama Program Pandu Persada. Pandu Persada dimaksudkan untuk penanganan terpadu permasalahan anak dan keluarga.
Namun, terlepas dari itu, kegiatan ini harus disertai kerja sama dengan pihak sekolah, karena anak-anak masih membutuhkan pendidikan. Kadang terjadi, anak-anak yang bermasalah justru dikeluarkan dari sekolah. Hal ini akhirnya menimbulkan persoalan baru, terlebih anak memang sebetulnya memiliki hak atas pendidikan. Jadi, tak seharusnya masalah pendidikan dihentikan. Laksmi Gamayanti menjelaskan, sekolah mempunyai peranan penting untuk bersama-sama merengkuh anak-anak.
“Hasil penelitian yang kami lakukan di YLPA, anak-anak pelaku tindak kekerasan, persentasenya cukup besar, bahwa mereka mengatakan terpicu untuk melakukan kekerasan ini karena dorongan dari teman-teman sekolah, teman-teman sebaya yang ada di sekolah, selain dari lingkungan. Jadi, saya kira ini merupakan hal yang penting juga untuk betul-betul kita pikirkan bersama,” katanya.
Menurut Suparmin, di DIY, anak dengan disabilitas cukup tinggi datanya, yakni di angka 2000. Terkadang, orang tua yang memiliki anak disabilitas tidak sepenuhnya menerima dengan hati. Bahkan ada yang malah disembunyikan dan merasa malu, padahal seharusnya tidak. Suparmin juga mengatakan, anak seharusnya punya nilai- nilai tersendiri, tidak semua anak, karena bagaimanapun ia adalah titipan yang Maha Kuasa.
“Kalau untuk anak-anak yang disabilitas ini butuh pendampingan yang lebih. Tidak seperti anak-anak pada umumnya, bisa kita sekali dampingi sudah bisa jalan.Tetapi butuh pengakuan juga dari lingkungan. Misalkan anak yang, mohon maaf ya, dari kemampuan pikirnya rendah, terus nanti di masyarakat jadi bahan olok-olokan. Sehingga bukannya semakin baik, tetapi semakin buruk bagi tumbuh kembang. Orang tuanya pun malu. Nah ini butuh kepedulian kita,” paparnya.
Pembatasan kapan waktunya belajar, bermain secara sosial dengan lingkungan, membantu orang tua meskipun itu hanya sifatnya untuk latihan, sangat diperlukan. Ini
yang sekarang butuh perhatian khusus dalam mencegah anak-anak menjadi korban penggunaan gadget yang salah. Laksmi Gamayanti mengatakan, sesuai kesepakatan ahli anak internasional bahwa anak di bawah usia dua tahun, sebaiknya tidak sama sekali terpapar pada audio visual electronic devices. Menurutnya, ketika anak banyak bermain dengan gawai, dapat menginspirasi untuk melakukan hal-hal yang negatif.
Dinas Sosial DIY mengajak masyarakat untuk menciptakan lingkungan keluarga dan tempat tinggal yang baik, ramah dan mendukung tumbuh kembang anak. Sehingga anak-anak bisa tumbuh dengan memiliki jiwa budi pekerti yang luhur.
Comments