Pakar Komunikasi Emrus Sihombing, menyebut pihak yang membuat video tersebut memiliki kepentingan motif tertentu.
Emrus menjelaskan bahwa dirinya mendapat dua link medsos terkait video tersebut.
“Saya, Emrus Sihombing mendapat dua link sosial media yang tampaknya pidato bapak Presiden dalam suatu pertemuan bisnis, satu dalam bahasa Inggris dan satu dalam bahasa Mandarin,” jelas Emrus.
Menurutnya, pidato yang disampaikan dengan bahasa Asing, kalaupun ada terjemahannya adalah dalam bentuk teks atau kalimat di bawahnya sehingga penonton bisa sekaligus mengontrol baik lisan maupun tulisannya.
“Jika video pidato berbahasa Mandarin, mestinya perlu teks alih bahasa bagi penonton untuk mengontrol makna pidato lisan,” ujarnya.
Dirinya menegaskan bahwa instansi terkait, yakni Kemenkominfo agar bisa langsung menindak video yang menggunakan suara Jokowi sehingga seolah-seolah memperlihatkan Presiden Jokowi sebagai bagian dari kepentingan ekonomi Tiongkok. Padahal video tersebut tidaklah benar.
“Video ini seharusnya segera di takedown oleh Kemenkominfo atau secara masif menjelaskan hal itu ke ruang publik,” ungkap Komunikolog Universitas Pelita Harapan ini..
Video hoax yang beredar tersebut merupakan hasil editing dari video pidato Presiden Jokowi saat Gala Dinner di Amerika Serikat tahun 2015.
Dengan bantuan Artificial Intelligence atau AI, maka dibuat menjadi Presiden Jokowi melakukan pidato dengan menggunakan bahasa Mandarin dengan lancar.
Publik diharapkan agar bijak dan tidak mentah-mentah termakan informasi hoax atau palsu.
Ayo terapkan “Saring dulu sebelum Sharing”
Comments